Tabanan,mediapelangi.com-Seperti desa pakraman lainnya di Bali, hari Pengerupukan (Senin, 27/3/2017) sehari menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939, masyarakat Desa Pakraman Belatungan Kec. Pupuan Kab. Tabanan melaksanakan arak-arakan (parade) ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk dan filosofis.
Parade ogoh-ogoh dilaksanakan mulai sore hari sekitar Pk. 17.00 Wita setelah krama desa usai melaksanakan upacara Tawur Kasanga/Pecaruan yang dipusatkan di Pura Desa dan Catus Pata setempat.
Empat banjar di Desa Pakraman Belatungan yaitu: Banjar Munduk Ngandang, Dajan Ceking, Delod Ceking dan Munduk Gawang masing-masing membuat ogoh-ogoh yang pada sore itu diarak menuju setra yang lokasinya berada di tengah-tengah wilayah desa.
Parade ogoh-ogoh berjalan tertib, diberangkatkan sedemikian rupa sehingga iring-iringan tiba di setra secara bergantian. Ogoh-ogoh banjar Dajan Ceking dan Munduk Ngandang datang dari arah utara desa dan dua banjar lainnya yaitu banjar Delod Ceking dan Antap Gawang datang dari arah selatan diiringi ratusan krama mulai dari dewasa, remaja hingga anak-anak
Saat ditemui disela-sela parade, Bendesa Adat Gede Desa Pakraman Belatungan I Dewa Nyoman Nuarsa mengatakan, untuk kelancaran parade telah dibantu 16 Pecalang, 30 Linmas serta dibantu oleh Babinsa setempat, terang Nuarsa.
“Ogoh-ogoh adalah simbul dari kekuatan alam dengan beragam fungsi dan karakter yang harus dipahami dan disadari oleh umat manusia sehingga melalui upacara Tawur Kesanga dan parade ogoh-ogoh kekuatan alam tersebut kita “somiya” atau “disucikan” sehingga semua kekuatan alam tersebut kembali pada posisi dan fungsinya yang benar sehingga memberi dampak positif bagi kehidupan manusia dan semua mahluk,”imbuh Nuarsa.
Parade ogoh-ogoh kali ini nampak meriah diiringi gamelan bleganjur, pawai obor dan tari-tarian yang sebagian besar dibawakan oleh kalangan generasi muda.
Setelah semua iring-iringan tiba di lapangan umum yang ada di sekitar setra, prajuru memberi kesempatan kepada masing-masing banjar mementaskan ogoh-ogoh dalam berbagai atraksi sehingga prosesi ogoh-ogoh malam itu menciptakan aura magis sekaligus memberi hiburan bagi warga.
Sesekali terdengar sorak sorai dan tepuk tangan dari warga sehingga prosesi ogoh-ogoh malam itu berlangsung aman dan penuh rasa kekeluargaan. Prosesi selesai sekitar Pk. 20.30 Wita, masyarakat pun kembali ke rumah dengan tertib. (*/mp).