fbpx
GianyarHiburan

Lomba Layang-Layang Rare Angon

Gianyar (Mediapelangi.com)- Selama ini lomba layang-layang kerap dilakukan di wilayah pesisir atau pantai seperti pantai Padanggalak Denpasar dan sebagainya.

Lomba layang-layang disamping membutuhkan areal yang lapang, juga terpenting adalah adanya hembusan angin yang cukup, terutama untuk layang-layang tradisional berukuran besar.

Lomba layang-layang tentu bukan sekedar bagaimana menaikan layangan agar bisa naik tinggi di udara. Lomba layang-layang juga memberi dan memiliki makna kebersamaan, persatuan dan “pengasuhan” nilai-nilai hakiki atau kebenaran dalam ruang-ruang tradisi.

Seperti di Desa Taro Kec. Tegalalang Gianyar Bali, sebuah desa yang berada diwilayah pegunungan yang selama ini dikenal sebagai desa pertanian, sejarah dan spiritual ini, pada Sabtu (15/7/2017) anak-anak dan remaja di desa tersebut menggelar lomba layangan yang mereka sebut dengan “Lomba layang-layang rare angon”.

Seperti dikatakan oleh salah satu peserta yaitu Wahyu Putra, di Desa Taro main layangan sudah dilakukan sejak dulu, kami ingin melestarikan untuk memelihara rasa persatuan antar warga dan desa, terangnya.

Tentu menaikan layangan di wilayah ini lumayan sulit apalagi hembusan angin yang tidak stabil. Tidak sedikit peserta lomba harus jatuh bagun untuk mempertahankan agar layangannya tetap stabil terbang tinggi.  Justru disanalah makna “Rare Angon” (mengembalakan atau mengasuh) yang sesunguhnya.

“Keberhasilan dan kegembiraan bukan hanya diukur dari indahnya bentuk layangan atau saat layangan naik diudara saja, keindahan yang sesungguhnya justru bagaimana lomba itu akhirnya menjadi wahana pengasuhan dalam menjaga rasa persatuan, kebersamaan dan juga kearifan tradisi terutama bagi kalangan anak-anak (Rare) dan remaja”.

Seperti disampaikan oleh I Wayan Angga Adi Gunawan selaku penyelengara,”disini hanya bisa untuk layangan maksimal tiga meter, lebih dari itu tidak bisa karena hebusan angin yang kurang kencang sehingga harus dibuat dalam ukuran yang lebih kecil”, ucapnya.

Memang karena hebusan angin yang kurang stabil dan kencang peserta lomba tidak bisa menaikan layangan dengan maksimal, namun demikian makna “Rare Angon” yaitu terjalinnya sikap asah, asih, asuh sesama warga tetap bisa mereka rasakan (*/mp).

Berita Terkait

Back to top button
error: Konten ini terlindungi.