fbpx

Nengah Dendes, Veteran Yang Terserang Stroke

Bangli,Mediapelangi.com-Siapa yang menyangka kondisi pejuang kemerdekaan yang sudah berjuang seperti I Nengah Dendes (86) seorang veteran asal Dusun Belong Dauhan,Desa Abang Batudinding, Kintamani,Bangli kini kondisinyasangat memprihatinkan.Dia hanya bisa terbaring, tak mampu melawan stroke yang menyerangnya.

Bukan hanya itu, punya istri ODGJ dan punya menantu juga sama. Anaknya, I Nengah Santi Adnyana yang harus menjadi gantungan hidup keluarga ini dalam berbagai urusan. Padahal Adnyana hanya berpenghasilan sekitar Rp. 100 ribu/hari, sebagai buruhbangunan, itupun tidak tetap.

I Nengah Santi Adnyana, anak satu-satunya veteran ini, menuturkan kalau ayahnya seorang veteran itu terserang stroke sejak lama. Kini hanya bisa berbaring di kamar kecilnya di bangunan bagian barat.

Satu kamar lainnya untuk menantu Dendes yang gila atau Orang Dengan Gangguan Jiwa (SDGJ), yakni Ni Ketut Padmi (34) yang terus komat-kamit di atas tempat tidur. Sedangkan istri Dendes yakni Ni Wayan Karlin (80) juga mengalami gangguan jiwa.

Saat Mediapelangi bertandang ke rumahnya,Karlin terus komat-kamit dan terus melantunkan tembang Bali,di halaman rumahnya dan sesekali menyebut nama-nama pejabat dan menunjukkan kartu kartu nama politisi dan pejabat,bahkan mengucapkan pekik merdeka. Begitulah namanya kena gangguan jiwa, suasana rumah jadi bising dari celotehan kedua mereka yang gangguan jiwa seperti bersahut-sahutan. Lanjut Adnyana, kalau ayahnya sudah terserang stroke sejak lama.

Ibunya juga terkena gangguan jiwa sudah sejak lama.Sedangkan istrinya, Ni Ketut Padmi (34) terkena gangguan jiwa tahun 2015. Dikatakan istrinya sempat diopname di RSJP Bali di Bangli hanya dua bulanan dengan tanggungan JKBM. Saat JKBM berubah jadi JKN, dia tak dapat tanggungan JKBM, maka istrinya berobat jalan.”Ibutiang seperti kedewan-dewan,sedangkan istritiang sudah usahakan untuk berobat kemana-mana sampai ke dukun tapi tak sembuh juga. Saat dapat tanggungan JKBM istri saya opname di RSJselama dua bulan setelah disuruh berobat jalan tetap saya carikan obat,namunsejak tak ada JKBM lagi pengobatan istri saya hentikan karena tidak mampu untuk beli obat”, ujarnya.

Adnyana mengaku hanya sendirian yang menanggung segalanya.Punya kakak perempuan sudah meninggal sejak kecil. Lalu Adnyana hanya didampingi 3 anaknya. Kini anaknya  I Wayan Gunung(17) sudah duduk di bangku kelas III SMA, anak kedua Ni Nengah Tekek kelas III SMP. Sedangkan anak bungsunya Sika (5) menurutnya bakal tidak disekolahkan sementara, karena terlalu berat beban dirinya.

Nanti setelah kakaknya lulus SMA baru bakal di sekolahkan.”Kami tak mampu menanggung semua anak sekolah, setelah kakaknya tamat baru anak ketiga tiang sekolahkan, tiang tak mampu menanggung”, ujarnya. Syukur urusan keuangan dibantu oleh gaji veteran ayahnya Rp.2 juta/bulan. Kalau tidak, maka dirinya bakal tidak berdaya.Dia mengaku tak punya pekerjaan tetap, hanya sebagai buruh bangunan, kadang dapat kerja, kadang tidak. Dia juga tak punya lahan selain belakang rumahnya. Dia mengaku tidak lagi mendapatkan beras miskin (raskin).”Sudah lama takdapat raskin, sudah lama diputus”, ujar Adnyana.

Menyinggung soal keveteranan ayahnya Adnyanamenjelaskan bahwa ayahnya pada era penjajahan mendapat tugas sebagai tukang bagi logistik. Namun tidak dijelaskan pada era penjajahan kolonial Belanda atau zaman penjajahan Jepang,kini Dendes tergolek ditempat tidur dan tidak mampu berjalan karena kakinya lumpuh.(*)

Berita Terkait
error: Konten ini terlindungi.