Tabanan, mediapelangi.com– Kehidupan harmonis antar Umat Beragama di Tabanan menjadi daya tarik untuk penelitian. Hal tersebut terbukti saat Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti didampingi Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekkab Tabanan I Wayan Yatnanadi dan Kepala Dinas Pendidikkan Kabupaten Tabanan I Gede Susila menerima Audiensi Tim Pra Sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) ke XIV di Ruang Kerja Bupati, Selasa (24/10/2017).
Kedatangan tim Pra Sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia ke-XIV tersebut tiada lain bertujuan untuk mohon ijin melakukan penelitian di Tabanan tepatnya di Desa Candikuning, Baturiti. Yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 Nopember sampai dengan 21 nopember 2017 mendatang oleh Kerabat Mahasiswa Antropologi Budaya Universitas Udayana (KRAMA) sekaligus menjadikan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sebagai salah satu pembicara dalam kegiatan tersebut, jelas Ketua Panitia Acara Gus Adi Purnama.
Atas dipilihnya Tabanan sebagai tempat penelitian, Bupati Eka mengaku sangat bangga. Sekaligus mengapreasi kegiatan kegiatan positif yang akan diselenggarakan oleh Kerabat Mahasiswa Antropologi Budaya Universitas Udayana (KRAMA).
“Kami sangat berbangga dengan dipilihnya Tabanan. Meski di Indonesia jarang yang mengenal Tabanan, Daerah dengan PAD yang kecil. Namun keberagaman tersebutlah yang menjadi kekayaan kami, terbukti dengan harmonisnya kehidupan beragama di Daerah kami dianugerahi penghargaan Harmony Award oleh Pemerintah Pusat beberapa waktu yang lalu,” tutur Bupati yang akrab disapa Eka ini.
Dikatakannya juga, kita sebagai bangsa tidak lepas dan harus menegakkan Pancasila. Jangan sampai politik menggeroti keberagaman di dalam kehidupan bermasyarakat. Politik dan degradasi mental saat ini telah menghancurkan semuanya. dan rakyatlah yang menjadi korban utama.
Ditambahkannyanya juga bahwa Dirinya tidak pernah membeda-bedakan suatu masyarakat melalui status agama. Bupati Eka lbih memilih untuk lebih banyak berbuat dan Ngayah dengan tulus dan Ikhlas, ketimpang mengkotak-kotakan rakyat. Beliau juga berprinsip untuk selalu berbagi.
“Apapun agamanya, wajib kita lindungi. Biar itu Hindu, Islam, Kristen maupun Budha semua adalah satu, yaitu Rakyat Tabanan, dan kita wajib untuk selalu berbagi. Dan pada kesempatan ini, silahkan dibedah keberagaman masyarakat di Tabanan,” imbuhnya.
Pihak JKAI saat itu juga menerangkan dipilihnya Kabupaten Tabanan, tepatnya Desa Candikuning, Baturiti sebagai tempat penilitian, salah-satunya karena Tabanan mampu menjaga keharmonisan di dalam kehidupan beragama. Terbukti dengan adanya pemeluk Agama yang heterogen, Tabanan mampu hidup damai berdampingan.
“Dan yang lebih menariknya lagi, selain Candikuning. Tabanan memiliki beberapa Desa yang menjunjung tinggi keberaagaman dan kebhinekaan. Meskipun berbeda Agama, para penduduk yang tinggal disana bisa hidup damai saling berdampingan”, pungkasnya.
Maka hal tersebut sangat sesuai dengan tujuan JKAI yakni meningkatkan semangat belajar dan mempererat azas kekerabatan di dalam semua universitas yang tergabung di dalam JKAI. Saling bertukar gagasan serta meningkatkan kualitas Sumber Daya anggota, tambah pihaknya.
Disamping itu, dikatakannya dipilih Tabanan sebagai lokasi tiada lain karena Tabanan mempunyai Bupati perempuan pertama yakni Ni Putu Eka Wiryastuti, sehingga menambah daya tarik penilitian, terlebih kami memilih Bupati Eka sebagai salah satu Pembicara dalam Pra Sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia, agar dapat berbagi mengenai kepemimpin Beliau didalam menangani kehidupan masyarakat yang heterogen, tuturnya.
Pihaknya menjelaskan bahwa Pra Sarasehan ini akan diikuti oleh 200-an mahasiswa aktif beserta alumni dari 17 Universitas di Indonesia.Diantaranya Universitas Malikussaleh, Universitas Sumatra Utara, Andalas, UI, Univ. Padjajaran, Univ. Gadjah Mada, dll. Selain melakukan penelitian, pihakya juga mengatakan akan melakukan Bakti Sosial, yakni memberikan Trauma Healing pada pengungsi yang berada di Desa Candikuning. (hmstbn/ay)