Tabanan (Mediapelangi.com) -Pengungsi Ni Yoman Sudiasih, 43 tahun, warga dari Banjar Uma, Desa/Kecamatan Selat Karangasem menangis sesenggukan. Pasalnya anak sapi jantan (godel) kesayangannya mati lemas saat dikumpulkan di Taman Makam Pahlawan Pancaktirta Tabanan.
Ni Yoman Sudiasih adalah salah satu dari 14 orang pengungsi yang ada di Posko Pujungan, Kec. Pupuan Tabanan yang pada Kamis (16/11/2017) bersiap-siap pulang kampung.
Sudiasih tidak menyangka godelnya mati. Menurutnya kemungkinan sapinya terinjak-injak saat diangkut dengan truk karena satu truk berisi 14 ekor milik 5 KK.
“Saya hanya punya dua sapi, induknya hanya satu, sekarang anaknya mati”, ujarnya berlinang air mata.
Sudiasih rencananya membawa sapinya pulang kampung untuk dipelihara, karena jika sudah dewasa sapi jantan akan memiliki harga yang tinggi. Karena sapinya sudah mati , diperkirakan dia mengalami kerugian sebesar Rp. 4 jutaan.
Semetara pengungsi lainnya Suriati mengaku senang bisa pulang kampung, mudah-mudahan Gunung Agung tidak jadi meletus. Ia mengatakan mengungsi di Pupuan sudah 2 bulan. Awalnya dirumah keluarganya, tetapi kemudian memutuskan tinggal di Posko agar tidak merepotkan keluarganya, terang Suriati seorang guru TK di Desa Selat.
Biaya transportasi kepulangan pengungsi di Posko Pupuan dibiayai oleh Peradah se Indonesia melalui urunan yang dikoordinir oleh Peradah Tabanan.
Ketua Peradah Tabanan I Made Argawa mengatakan terkait sapi pengungsi yang mati awalnya sudah menyarankan dua truk untuk mengangkut sapi. Namun Perbekel Desa Pujungan menyarankan satu truk saja cukup. “Awalnya sudah kami sarankan dua truk, tetapi diminta satu truk oleh Perbekel,” ujarnya.
Lanjut Argawa, ada dua angkutan yang disiapkan untuk pengungsi. Pertama angkutan truk untuk mengangkut sapi satu unit dengan biaya Rp 1,5 juta. Kemudian angkutan bus mini satu unit untuk mengangkut pengungsi dengan biaya Rp 800 ribu. “Oleh karena itu, harapan kami semoga pemerintah Tabanan juga memfasilitasi pengungsi di Tabanan ketika ingin pulang kampung,” tandasnya (*/mp).