Bangli,mediapelangi.com-Para peternak ayam petelor saat ini bisa bernafas lega,sebab harga telur ayam melonjak jelang akhir tahun.Hal itu diungkapkan salah seorang peternak ayam petelor di Banjar Juuk Bali,Desa Susut,Bangli,Ni Nyoman Sayang Kamis(07/12/2017).
Sayang mengatakan,saat ini harga telur ayam cukup membuat para peternak ayam,sedikit bernafas lega.Pasalnya,kini harga ayam petelor melonjak tinggi. Dimana telur super per kerat dihargai Rp 35-36 ribu rupiah. Sedangkan untuk telur Tanggung Besar (TB) Rp 33-34 ribu, dan Tanggung Kecil (TK) dihargai Rp 29 ribu per keratnya,”ungkapnya.
Dia mengatakan,dengan harga telur yang sekarang ini, pihaknya sudah mampu mendapat sedikit keuntungan. Sebab, kalau harganya di bawah ini, pihaknya tidak bisa mendapat keuntungan. Apalagi, ditambah biaya pakan yang semakin naik, sehingga dengan harga yang dibawah ini hanya cukup untuk menutupi biaya oprasional saja.
Sebelumnya sempat harga telurnya merosot dikisaran Rp 25-26 ribu.tapi sekarang harga telur kembali naik saya harap kondisi ini dapat terus bertahan,” katanya.
Dengan kondisi seperti ini, kata dia,pihaknya dapat mebayar gaji seluruh karyawannya.Sebab, saat harga telur merosot,pihaknya cukup kesulitan untuk membayar gaji,lantaran tidak mendapat keuntungan. “Kalau harganya seperti sekarang ini, saya bisa menggaji karyawan. Kalau saat harga anjlok, saya kelimpungan mencari uang untuk menggaji mereka karena tidak dapat untung.
Untuk mengantisipasi ayamnya diserang penyakit juga,akibat adanya debu vulkanik Gunung Agung yang datang beberapa minggu lalu,namun kini tetap diwaspadai dengan membungkus dengan kampil. Kata dia,
Saat ini ada beberapa peternak ayam petelor yang ayamnya diserang penyakit HI. Jadi banyak ayam mereka yang mati karena cuaca yang tidak menentu walaupun volumenya kecil.Karena tidak mau ayam yang lainnya juga ikutdiserang , maka ayam diafkir lebih awal.”Jika ayam mati kan produsksi telur juga berkurang. Karena kalau normal biasanya mampu memproduksi 90 persen, karena banyak ayam mati menurun menjadi 60 persen. Jadi jelas sedikitnya produksi membuat harga lebih mahal,”tandasnya.
Untuk mengantisifasi ayamnya terkana penyakit HI, dirinya sudah rutin melakukan penyemprotan. Dengan langkah itu, dapat mencegah ayam peliharaannya mati terkena penyakit tersebut. “Sampai sekarang memang belum ada ayam peliharaannya terkana penyakit ini. Untuk mencegahnya, saya sudah rutin melakukan penyemprotan hingga dua kali sehari,”ujarnya.
Ketika disinggung pemasaran telur miliknya, Sayang mengatakan untuk pemasaran telur miliknya masih di seputaran Bali.Selain diambil oleh pengepul, pihaknya juga menjual telur ayam di warung maupun toko-toko besar seperti toko berjejaring dan yang lainnya. “Sejauh ini pemasaran telur baru di Bali saja. Karena kalau mengirim ke luar daerah resikonya besar. Mengingat, terkadang banyak telur yang pecah dan dihadang permasalahan lainnya,”pungkasnya.(*mp-eka-nt).