fbpx

Koran Bekas Bisa Jadi Sokasi Bermotif Endek

Pengrajin Sokasi Koran Bekas di Bangli

Bangli,mediapelangi.com–Kerajinan dari koran bekas memang agak sulit untuk dibuat. Namun jika kreatif membuat kerajinan tangan dari koran bekas, kesulitan itu lama-lama akan menjadi kemudahan.

Banyaknya koran bekas yang dihasilkan dari sisa yang tak terjual, membuat masyarakat berpikir kreatif untuk menjadikannya sebagai produk yang bernilai jual tinggi . Awalnya koran bekas dianggap sebagai limbah karena tidak memiliki manfaat bagi kebutuhan hidup sehari-hari kecuali dipakai pembungkus makanan. Namun saat ini ditangan orang-orang kreatif, koran yang awalnya dianggap sebagai benda sampah yang mengotori lingkungan diubah menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi.

Salah satu orang kreatif itu adalah I Nengah Sueto (36) saat ditemui dirumahnya Rabu (6/12/2017), lalu warga asal Banjar Padpadan,Desa Pengotan,Kecamatan Bangli membuat kerajinan sokasi dan bokor dari bahan koran. Memang kini banyak produksi kerajinan koran bekas yang menjamur, namun ini ini berbeda,dengan ide kreatifnya motifnya berbeda dengan yang lain,koran bekas dirajut menyerupai desain endek.

Dari  koran bekas beliau bisa membuat  bokor,sokasi,tempat bunga untuk sembahyang dengan berbagai ukuran dari berdiameter 10,16,18,20,23 dengan harga berpariasi mulai dari Rp 100 -250 ribu yang pemasarannya hanya diseputaran Bangli saja.

Usaha yang digeluti ini merupakan usaha mandiri berawal dari dirinya mendekam di Rutan Gianyar selama 5 bulan. Dalam Rutan diberikan pelatihan membuat kerajinan dari koran bekas yang memiliki nilai seni. Untuk menambah daya tarik, bokor maupun sokasi yang dibuat diberikan sentuhan seperti rajutan kain endek.Dikatakan lebih lanjut, dalam sehari ia hanya  mampu memproduksi 1-2  buah bokor maupun sokasi tergantung cuaca, jika cuaca kurang bersahabat sulit untuk proses pengeringan, karena pengeringan secara alami dengan berbagai bentuk dan ukuran , baik itu bentuk ksegi empat, segi delapan,itu tergantung pesanan. “Kalau sehari saya mampu buat 1-2 buah kadang kadang lebih,” ujarnya.

Dikatakan pula, sekarang masalah bahan baku kadang-kadang harganya mahal perkilonya sampai Rp 9 ribu.Pengalaman yang tak pernah dilupakan ketika mengawali membuat kerajinan ini sempat merasa emosi karena hasilnya kurang memuaskan sehingga pernah diinjak sendiri, kenangnya.

Setelah  merenung, dia sadar bahwa pekerjaan apapun yang dilaksanakan perlu kesabaran dan ketekunan, apalagi kerajinan sesulit ini memerlukan ketelitian, pungkasnya. (*/mp).

 

Berita Terkait
error: Konten ini terlindungi.