fbpx
Seni BudayaTabanan

Festival 100 Monolog Putu Wijaya, Tabanan 2017

Tabanan,Mediapelangi.com–Festival 100 Monolog Putu Wijaya sudah dimulai sejak Mei 2017 lalu. Sebanyak 100 lebih naskah monolog Putu Wijaya  dipentaskan di Bali “ngider” mulai dari Singaraja, Denpasar, Tabanan, Bangli, Gianyar dan Jembrana.

Festival ini dibuka di Rumah Belajar Komunitas Mahima Singaraja dan akan ditutup akhir bulan Desember ini juga di Rumah Belajar Komunitas Mahima. Festival melibatkan ratusan dramawan di Bali, dari yang pemula hingga yang kawakan.

Penggagas festival ini Putu Satria Kusuma dari Teater Selem Putih Singaraja, Made Adnyana Ole dan Sonia Piscayanti dari Komunitas Mahima, dan Wayan Sumahardika dari Teater Kalangan.

Saat dihubungi Senin (18/12/2017) Adnyana Ole mengatakan, di Tabanan, pentas sudah pernah diadakan dalam Festival Ke Uma di Banjar Ole, Marga bulan Juni 2017 lalu. Saat itu Putu Wijaya mementaskan naskah Setan, terangnya.

Jumat 22 Desember 2017 (bertepatan dengan Hari Ibu-red), rangkain Festival 100 Monolog Putu Wijaya akan kembali dilaksanakan di Tabanan bertempat di Auditorium SMAN 1 Tabanan (SMASTA) Jl. Gunung Agung, mulai Pukul 19.00 WITA sampai selesai.

Di SMASTA akan tampil  Gusti Bagus Arya Dwi Maheswara mementaskan naskah Teror, Ni Made Lisa Purwanti mementaskan naskah Kursi, dan I Gede Arum Gunawan mementaskan naskah Trik.

Tidak itu saja festival juga akan diramaikan pentas musik Anak Angin bersama seniman yang juga politikus kondang asal Tabanan Kauh (Bajera), I Ketut (Boping) Suryadi S. Sos. MM. Lebih lengkap lagi akan dipersembahkan tari kontemporer dan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Teater Jineng dilanjutkan improvisasi para sastrawan dan maestro teater Bali.

Saat di konfirmasi, Boping membenarkan dirinya akan tampil dalam festival tersebut. Dia menyampaikan ingin selalu hadir dalam berbagai kegiatan seni budaya apalagi dilakukan oleh anak-anak muda. Menurutnya, berkesenian menjadi sesuatu yang penting ditengah dinamika sosial saat ini karena dalam seni ada hakekat, moralitas, sejarah, dan juga penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan sehingga mereka para anak muda bisa melihat kenyataan yang benar dan kebenaran yang nyata, jelas Boping.

“Ayo ajak generasi kita melebur dalam seni budaya biar ada keteduhan dan kepekaan,”pungkasnya.(*/pr-mp).

Berita Terkait

Back to top button
error: Konten ini terlindungi.