BANGLI, MEDIAPELANGI.com-Cuaca ekstrem serangan penyakit pada beberapa tanaman petani di Bangli mengganas.
Hal tersebut di ungkapkan Sekdis Dinas Pertanian,Perikanan dan Ketahanan Pangan (PKP) Bangli I Wayan Sarma saat ditemui Selasa (09/01/2018).didampingi Kabid Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,I Nyoman Sarya,menyampaikan untuk tanaman padi penyakit yang biasanya muncul adalah penyakit blas dan serangan tungro.
Sementara untuk tanaman hortikultura adalah mengganasnya serangan penyakit diplodia, baik yang kering maupun basah, penyakit ini umumnya menyerang tanaman jeruk,’’ujarnya.
Lebih lanjut untuk serangan blas sesuai data yang didapat akhir Desember 2017, lahan padi yang diserang mencapai 2 hektar, semuanya ada di Kecamatan Susut,sementara untuk serangan penyakit diplodia sebanyak 4.849 pohon,dari 3.454.076 pohon jeruk yang ada di Bangli,”jelasnya.
Di jelaskan adanya penyebab serangan penyakit ini lebih banyak lantaran kurang bagusnya sanitasi lahan. Oleh karena kelembaban terlalu tinggi sehingga menyuburkan pertumbuhan jamur.
Sementara itu penyebab penyakit diplodia,juga diakibatkan kurang bagusnya pengolahan lahan dan jarak penanaman jeruk terlalu dekat,dimana,idealnya untuk jarak penanaman jeruk adalah 4 X 4 meter,sementara petani kebanyakan memakaskan jarak 2,5 X 2,5 meter.
Hal ini menyebabkan kelembaban lahan terlalu tinggi, sementara ketersediaan unsur hara sedikit sehingga menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit, Padahal saat kita di lapangan sudah memberikan pemahaman kepada petani supaya bisa mengikuti arahan yang kita berikan,namum petani tetap saja membandel dengan alasan biar lebih banyak dapat menanam jeruk,”tegasnya”
Penyakit diplodia bisa diatasi dengan memperbaiki sanitasi lahan lewat menjarangkan jarak tanam, melakukan pemangkasan dan mengurangi pemakaian pupuk organic berupa kotoran ayam basah.
Disamping itu, penyakit ini juga bisa dicegah dengan mengoleskan bubur kalifornia,bubur ini, jelas dia, bisa dibuat oleh petani dengan campuran belerang,kapur dan air.Namun jarang petani yang mau memakainya,karena mereka harus mengupas kulit batang yang kena penyakit ini.“Mungkin biaya yang terlalu tinggi,karena serangan penyakit tidak satu pohon,”pungkasnya.(eka-nt)