BANGLI, MEDIAPELANGI.com-Jelang perayaan imlek yang tinggal hanya menghitung hitungan hari atau tepatnya.Jumat(16/2). Suasana berbeda nampak di Konco Batur Bangli menjelang perayaan Imlek dimana beberapa umat menghiasai konco yang ada di lingkup Pura Batur .
Nampak umat membersihkan meja,tempat dupa,abu dan ruangan tempat sembahyang.
Tidak ketinggalan pula umat memasang pernak-pernik seperti memasang lampyong dan penjor dari bahan baku tebu. Uniknya saat waktu pembersihan, menghias dan persembahyangan dilakukan,sesuai dengan kesepakatan dengan warga setempat penganut agama Budha ini wajib hukumya menggunakan pakaian adat Bali.
Ditemui ditengah kesibukanya Wakil Ketua 1 Konco Batur, Martin Wijaya didampingi Ketua Pengurus Konco Batur Liebuntwo, Rabu (14/02/2018) kemarin, mengungkapkan menjelang perayaan hari imlek untuk saat ini masih memasuki tahap pembersihan Konco. “Kita masih dalam tahapan menghias dan membersihkan konco “ jelas Martin Wijaya.
Lebih lanjut dikatakan, pembersihan dilakukan mulai dari membersihkan kotoran debu, abu dupa, tempat meja dan ruangan tempat sembahyang. “Saat ini adalah waktu terakhir untuk bersih-bersih,” ungkap Martin Wijaya. Mengingat waktu bersih-bersih itu hanya datangnya dalam kurun waktu setahun.
Papar Martin , usai pembersihan baru dilanjutkan dengan kegiatan menghias , dimana kegiatan ini akan diisi dengan memasng pernak – pernik imlek . “Ada lampyong, hiasan lengkap dan penjor dari bahan baku tebu,” tutur Martin Wijaya.
Dikatakan untuk hari persembahyangan memang jatuh Jumat (16/02/2018) dan diperkirakan sedikitnya 500 umat Budha yang ada di Bali dan Jawa akan bersembahyang disini.
Sedangkan esoknya biasanya diisi dengan kegiatan ngumpul bareng bersama keluarga. “Ngumpul bersama dan makan-makan, sesuai sembahyang dengan leluhur,” papar Martin Wijaya. Kemudian 15 hari berikutnya setelah imlek mengenal istilah Kuningan yang disebut dengan Cap Gomeh.
Ketua Pengurus Konco Batur Liebuntwo menambahkan, yang paling unik dari kegiatan imlek di Konco Batur ini, yakni umat yang datang hadir masuk kekonco hukumnya wajib menggunakan pakaian adat Bali. “Ini sesuai dengan kesepakatan warga setempat, kami semua pasti kenakan pakaian adat Bali,” terang Liebuntwo.
Tradisi menggunakan pakaian adapt Bali adalah sudah dilakukan sejak dahulu ,dan tradisi ini tetap bertahan hingga sekarang “ Ini sebagai bentu keharmonisan antar umat beragama “ ujarnya.
Lanjut Liebuntwo, sebab tempat suci Konco ini letaknya berdampingan dengan palinggih milik umat Hindu di Pura Batur. Dimana terdapat dua versi konco ini. Jika dipandang kacamata Hindu disebut dengan palinggih Pura Ratu Gede Ngurah Subandar, sedangkan bagi Budha disebut Konco Batur (sebagai tempat pemujaan leluhur tertinggi).
Kata dia, bahkan saking harmoninya, setiap perayaan hari raya ini sipatnya pernah saling ngejot. “Disni benar-benar pembauran dan menyatu antara Budha-Siwa,” tegas Liebuntwo. Ini sebagai pertanda hubungan baik dapat dirasakan mulai dari jaman kuno, antara nenek moyangnya.
“Bahkan kental terlihat seperti menyatu sekala dan niskala,” papar Mangku Candra menambahkan. Mangku Candra dalam nama panggilan Cina yang biasa disapa dengan Lie Tian Han, menyatu sekala dan niskala ini dapat dirasakan dan dibuktikan dengan satu lokasi ditandai dengan dua tempat pemujaan. “Ada palinggih Pura Batur dan Konco Batur ( Palinggih Pura Ratu Gede Ngurah Subandar),” pungkasnya.(nt)