KLUNGKUNG,MEDIAPELANGI.com-Terlahir dari keluarga miskin tak surut untuk melangkah,pahit getir kehidupan akan menimpa kita dalam mengarungi kehidupan ini.Pemimpin yang lahir dari keluarga miskin,yakin dan pasti akan mengerti bagaimana keberadaan masyarakatnya.
Lahir pada tanggal 20 Oktober 1962 di Desa Sembiran,Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng,I Wayan Koster lahir di tengah kondisi yang miskin.Ya, hal itu ia ceritakan di depan ratusan warga Puri Akah, Kabupaten Klungkung pada acara konsolidasi partai pengusung Koster-Ace dan paket BAGIA,Jumat (2/3/2018).
Calon Gubernur Bali nomor urut 1 itu menceritakan getir hidup yang pernah dialaminya.Tak ada rasa malu, Koster menceritakan dengan polos apa yang dialami 56 tahun silam.Tak hanya lahir di tengah kemiskinan, Koster kecil begitu papa.”Saya lahir dari kemiskinan, miskin sekali,” kata Koster memulai pembicaraan kisah hidupnya.
Meski lahir dengan situasi yang serba sulit, ia tak pernah menyerah. Bersama keluarganya, Koster bertahan hidup apa adanya. “Saya hidup serba susah. Di desa tidak punya apa-apa. Saya lahir di tanah, makan apa adanya saja,” kenang Koster.
Segala keterbatasan tak membuat Koster kecil minder. Justru ia terpacu untuk mengubah hidup. Segala hal ia lakukan dengan giat. Tekadnya satu, meski berlatar kemiskinan, Koster ingin membuktikan jika ia bisa berkarya. Ida Sang Hyang Widhi Wasa rupanya merestui langkah Koster.
Satu per satu pendidikan ia tempuh hingga akhirnya menembus perguruan tinggi bergengsi seperti Intitut Teknologi Bandung (ITB) di Jawa Barat. Ia tamat pada tahun 1987. Pada tahun 1995, Koster berhasil merampungkan studi S2 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) International Golden Institute Jakarta. Tak puas sampai di situ, ia kembali melanjutkan pendidikan menempuh program studi Doktoral (S3) di Universitas Negeri Jakarta dan tamat pada tahun 1999.
“Saya kemudian merantau ke Jakarta dan sukses. Pahit manis hidup sudah saya rasakan,” terangnya. Berbekal pendidikan tinggi, karir Koster cukup sukses. Ia pernah menjadi peneliti di Bidang Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1988 hingga 1994. Koster kemudian banting stir menjadi politisi. Ia pun menuai sukses di kancah politik. Hingga akhirnya dipilih Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Tjok Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) maju sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali pada Pilkada serentak 27 Juni mendatang.
Koster merasa ini saatnya ia berbuat untuk Bali, meski semasa menjadi DPR RI banyak hal yang telah ia karyakan untuk tanah kelahirannya. Pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali, Koster siap berjuang tanpa pamrih. “Tolong dicatat baik-baik, saya siap ngayah secara sekala dan niskala. Saya siap mewakafkan hidup saya untuk Bali, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Bali,” ucapnya.
Atas dasar itu pula, paket yang disebut Koster-Ace itu merumuskan program kerja melalui konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang merevitalisasi Bali secara menyeluruh. “Alam Bali, manusia Bali dan budaya Bali kita revitalisasi secara holistik,” papar dia. Ada lima program kerja prioritas dalam konsep tersebut yakni pertama, pangan sandang dan papan. Kedua kesehatan dan pendidikan. Ketiga, jaminan sosial dan tenaga kerja. Keempat, adat istiadat,agama, seni, tradisi dan budaya. Kelima, pariwisata yang didukung infrastruktur darat, laut dan udara yang terintegrasi dan terkoneksi.
“Nangun Sat Kerthi itu memelihara dan menjaga keseimbangan serta keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang bahagia dan sejahtera, untuk mewujudkan prinsip Tri Sakti Bung Karno.Hal itu akan diwujudkan melalui program pembangunan semesta berencana,”jelas Koster.(mp)