BANGLI, MEDIAPELANGI.com-Warga Desa Pakraman Penglipuran,Kubu, Bangli melaksanakan upacara Ngusaba Bantal di Pura Ratu Ayu Melasem,Minggu (11/3/2018). Upacara yang dilaksanakan setiap tahun tepatnya pada Sasih Kesanga ini,jajan bantal yang bakal dihaturkan sama sekali tidak bole dicicipi oleh pembuatnya muapun keluarga yang lai
Ngusaba bantal menjelang hari raya Nyepi dan sasih keenam, bantal yang dimaksud adalah jajan Bali dan buah-buahan. arana yang digunakan berasal dari daun pohon jaka atau enau (ron) tidak menggunakan daun pohon kelapa (busung).upacara Ngusaba Bantal dilaksanakan yang mana prosesi persiapannya sudah berlangsung sejak enam hari lalu dengan ngaturang piuning ke pura Ratu Sakti Mas Ayu Manik Melasem memohon agar pelaksanaan Ngisaba Bantal ini berjalan lancar, demikian disampaikan Bendesa Adat Pakraman Penglipuran I Wayan Supat saat ditemui disela-sela acara Ngusaba.
Upacara Ngusaba Bantal, yang bertempat di Pura Ratu Sakti Mas Ayu Manik Melasem dilaksanakan setiap satu tahun sekali tepatnya pada sasih kesanga, yaitu sebelum hari raya nyepi. Di mana lima hari sebelum puncak upacára, warga memberitahukan kepada warga yang lain (mepengarah) dengan ucapan “mepenge baas ketan”, yang artinya mempersiapkan beras ketan. Pada upacara ngusaba mi hanya menggunakan sarana jajan bantal serta buah-buahan.
Disebut Ngusaba Bantal karena banten yang dipersembahkan sebagian besar terbuat dari jajan banten, yaitu sejenis penganan yang terbuat dari ketan, gula merah, garam, kelapa dan berbentuk seperti bantal canangnyapun menggunakan daun enau.
Banten atau sarana persembahan yang digunakan dalam upacara ini adalah Banten yang berisikan sarana utama Jaja Bantal berwarna merah dan putih masing-masing banten beriisi 11 buah dan buah-buahan kenapa 11 buah 9 arah mata angin ditambah arah atas dan bawah.Jaja Bantal ini merupakan sarana upacara yang berbahan dasar ketan dan dibungkus dengan daun aren yang sudah tua serta nasi yang dibuat dari beras merah. Kemudian sarana lain diisi dengan buah-buahan dan jajanan lain yang tidak digoreng, karena dalam upacara ini tidak diperbolehkan menggunakan sarana atau jajan yang digoreng.Dalam pembuatannya tidak boleh dicicipi, jika dicicipi itu berarti tidak sukla lagi”ungkapnya.
Pelaksanaan upacara ini berlangsung dari jam 06.00 hingga 11.00 saat metabuh(Menuangkan minumantuak ) dilakukan oleh oleh para istri pengarep sebanyak 76 orang.Setiap KK membuat 3 macam banten seperti Banten Tegteg, Banten Daran dan Banten Dijeroan. Sesajen disini merupakan tradisi budaya Hindu yang dilestarikan dalam setiap upacara atau ritual adat, untuk mengucapkan, mengingat, dan memberikan rasa syukur kepada sang pencipta atas hasil panen yang melimpah”ungkapnya. (nt)