TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Pasangan calon Gubernur Bali nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) berkomitmen menjadikan puri sebagai pusat pengembangan kebudayaan. Puri dalam tatanan sosial Bali memiliki perjalanan panjang. Di masa lalu puri adalah sumber kekuasaan dan kebijaksanaan bagi rakyat. Tapi kini, sejalan dengan perkembangan zaman, puri harus mereaktualisasi perannya sebagai pusat pengembangan kebudayaan dan pusat pengembangan nilai-nilai khususnya nilai-nilai persaudaraan yang merangkul segala jenis perbedaan yang ada di masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Rai Mantra pada kunjungannya untuk mohon doa restu pada penglingsir Puri Ageng Tabanan, Ida Cokorda Anglurah Tabanan, Senin (16/4). Hal serupa juga disampaikan Rai Mantra dalam beberapa kunjungannya ke sejumlah Puri di Bali seperti Puri Agung Buleleng (Singaraja), Puri Satria (Denpasar), Puri Kerobokan (Badung), dan puri-puri lainnya.
Rai Mantra mengatakan Puri-puri di Bali sebagaimana halnya kebudayaan Bali mengalami tantangan perubahan seiring arus informasi global yang makin terbuka. “Puri sebagaimana halnya budaya Bali mengalami tantangan yang tidak mudah. Karena itu perlu mereaktualisasi peran sebagai pusat pengembangan kebudayaan,” kata Rai Mantra.
Puri menurutnya adalah warisan budaya hidup yang memiliki peran strategis sebagai ruang untuk merawat ingatan sejarah, pewarisan nilai-nilai kearifan lokal, serta benteng kebudayaan. “Di Puri kita dapat menemukan rantai sejarah yang hidup, baik dalam artian tata laku, sopan santun dan tata kelola ruang hidup,” kata Rai Mantra.
Puri juga memiliki peran strategis sebagai perekat kelompok-kelompok masyarakat yang heterogen. Dapat dikatakan, Puri semata-mata bukan warisan budaya tapi lebih jauh merupakan pelaku dan pelestari budaya itu sendiri. Seiring perkembangan zaman, reaktualisasi puri dapat ditunjukkan dengan menjadi katalisator pelestari budaya. Merawat dan mengembangkan nilai budaya sesuai dengan kondisi kekinian. Jika dipercaya memimpin Bali, Mantra-Kerta akan membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran dan kritik puri. Secara bersama-sama bersinergi mengembangkan kualitasi hidup orang Ali melalui pengembangan kebudayaan.
“Dengan kata lain Puri tidak hanya sebagai benteng kebudayaan tapi lebih jauh menjadi sumber mata air berkembangnya nilai-nilai luhur sebagaimana yang diwariskan para pendahulu. Lebih jauh, Rai Mantra mengatakan bahwa saat ini puri dapat menjadi pusat pengkajian dan pengembangan budaya dan kearifan lokal seperti Tri Hita Karana, semangat menyama-braya, taksu, jengah, dan sebagainya.
Menurut Rai Mantra menjadikan puri sebagai pusat budaya dan pengembangan nilai adalah salah satu upaya strategis untuk mendekatkan puri dengan masyarakat luas sehingga puri semakin dicintai dan dirawat bersama oleh masyarakat. Betapa pun, dalam perspektif yang luas, hubungan puri dan masyarakat merupakan aset budaya yang harus direvitalisasi untuk kita rawat bersama. Jadi yang ditonjolkan adalah semangat meninggikan kemuliaan dan kesejahteraan bersama. (TIM)