BANGLI, MEDIAPELANGI.com – Di sela kampanyenya di Kabupaten Bangli, calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster menyempatkan diri mengunjungi Dywik Bank Sampah yang terletak di Banjar Siladan Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli. Pada kesempatan itu, Koster mendapat penjelasan utuh bagaimana awal mulai Dywik Bank Sampah ini dibentuk, hingga mampu menghasilkan berbagai kerajinan yang menghasilkan uang.
Divisi Pemberdayaan Dywik Bank Sampah, Wayan Sutirka menjelaskan, proses awalnya bank sampah ini dibangun oleh 20 orang wanita melalui bantuan permodalan. Dari sana Dywik Bank Sampah terus bergerak hingga menjadi seperti sekarang. Saat ini, kata Sutirka, Dywik Bank Sampah memiliki nasabah sebanyak 205 desa dengan jumlah jiwa mencapai ribuan orang. “Tiap hari kami memproduksi 1,5-3 ton sampah. Omset kami sekitar Rp1-2 juta per hari. Per bulan bisa mencapai Rp30-60 juta,” papar dia, Senin (23/4/2018).
Saat ini, Dywik Bank Sampah menjalin kerja sama dengan Bank BRI. Kerja sama itu untuk pembayaran listrik dan lain sebagainya. Khusus pembayaran listrik, warga bisa membayar listriknya dengan menukar dengan sampah ke Dywik Bank Sampah. “Misalnya listriknya Rp450, lalu sampahnya seharga Rp400. Maka kekurangannya Rp50 itu dibayar cash,” ujarnya.
Untuk kerajinan ada bokor, vas bunga dan pin bunga yang telah dihasilkan oleh Dywik Bank Sampah. “Ke depan yang kami butuhkan adalah regulasi agar keberadaan kami ini terintegrasi dari unit paling kecil di bawah sampai pada pengelolaannya. Ke depan juga kami ingin terlembaga dalam bentuk koperasi,” harap dia.
Wayan Koster terpukau dengan apa yang telah dilakukan oleh Dywik Bank Sampah. Ia mengaku baru pertama kali melihat pengelolaan sampah yang sedemikian apik seperti yang dilakukan di sini. “Saya lihat langsung, ini sesuatu yang betul-betul bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Ini ternyata sampah (mis) jadi emas,” tegas Koster.
Kandidat yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PKPI, PKB dan PPP itu melanjutkan, apa yang dilakukan di sini secara langsung telah memberikan cara hidup di desa-desa untuk mengelola sampah dari hasil aktivitas rumah tangga dan kehidupannya. “Selama ini terbuang sampahnya, berjibun sampahnya.
Di Suwung Denpasar misalnya, itu tidak terkelola dengan baik. Ini aktivitas berangkat yang sangat bagus mengelola sampah. Kemudian ini dikembangkan, dikelola menjadi kegiatan ekonomi yang menguntungkan semuanya. Yang menghasilkan sampah dan yang mengelola diuntungkan. Ini siklus yang bagus sekali,” ujarnya.
Koster berjanji akan membuat aturan, mungkin saja berupa Peraturan Gubernur (Pergub) untuk mengakomodasi apa yang dibutuhkan, utamanya dalam hal pengelolaan mulai dari unit terkecil hingga sampai pada pengelolaannya.(mp)