DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Debat kedua Pilgub Bali yang diselenggarakan oleh KPUD Bali sudah diselenggarakan di Ina Grand Bali Beach Hotel Sanur Denpasar, Sabtu (26/5/2018) malam. Debat yang mengambil tema tentang peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat tersebut dinilai menjadi tema debat yang fundamental dan fenomenal karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Kedua pasangan calon (Paslon) yakni I Wayan Koster-Cokorda Oka Arta Ardhana Sukawati (Koster-Ace) dan Paslon nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) telah memaparkan visi dan misi peningkatan pelayanan dan kesejahteran masyarakat. Harus diakui, kesan secara umum, Paslon nomor urut 2 Mantra-Kerta yang diusung Koalisi Rakyat Bali (KRB) dari Golkar, Gerindra, Demokrat, Nasdem, PKS, PBB, PSI, Perindo, Garuda dan Partai Berkarya lebih menguasai materi karena Mantra-Kerta berasal dari birokrasi tulen yang sudah sangat berpengalaman dalam pelayanan publik baik dari sisi pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan.
Hal yang paling menarik dari debat kedua adalah saat pemandu acara mempersilahkan kedua Paslon untuk untuk memberikan closing statement agar para pemilih di Bali dicerahkan dengan sikap politik dari kedua Paslon. Koster-Ace mengakhiri closing statement dengan ajakan bagi para pemilih Bali untuk mencoblos nomor urut 1. Hal ini berbeda dengan Mantra-Kerta yang kembali mempertegas sikap politiknya yakni dengan menolak reklamasi Teluk Benoa. “Kami ingin mempertegas sikap politik kami yakni menolak dengan tegas reklamasi Teluk Benoa. Penolakan ini sudah dipertimbangkan dengan sangat matang dari aspek legalitas, lingkungan hidup, sosial, ekonomi, budaya dan agama. Tidak ada hubungannya dengan upaya mencari simpati masyarakat, mencari popularitas dan sebagainya,” ujar Rai Mantra, Minggu (27/5).
Putra mantan Gubernur Bali Prof.Ida Bagus Mantra tersebut mengatakan, penolakan reklamasi sebenarnya sudah dilakukan sejak dirinya masih menjadi Walikota. Artinya, tidak ada hubungannya dengan Pilgub, apalagi ini mencari popularitas dengan tujuan menaikan elektabilitas. “Sebenarnya sekarang kami hanya ingin menegaskan kembali sikap kami untuk menolak reklamasi Teluk Benoa dengan alasan apa pun. Kami sudah mengirimkan surat resmi kepada Presiden Joko Widodo agar mencabut Perpres No 51 Tahun 2014,” ujarnya. Sikap penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa terus dipertegas karena selama ini ada pihak-pihak yang menaruh curiga jika agenda ini hanya dijadikan bahan kampanye saat jelang Pilgub. “Kami tegaskan bahwa ini perjuangan sudah lama, jauh sebelum Pilgub Bali digelar. Kami telah berjuang bersama ribuan masyarakat Bali yang menolak reklamasi Teluk, karena ini memang harus berjuang bersama walau dengan caranya masing-masing,” ujarnya.
Hingga saat ini aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa terus bergulir. Terakhir, demo penolakan reklamasi Teluk Benoa kembali digelar pada Sabtu sore (26/5). Lebih dari 500 orang dari berbagai elemen masyarakat Bali melakukan long march dari parkir timur Lapangan Renon menuju depan Kantor Gubernur Bali. Dalam aksi itu dipentas berbagai atraksi seni budaya dan musik. Bahkan, beberapa aktifis dari Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi membawa bendera bertuliskan “nasbedag”. Diketahui kata “nas bedag” kata yang diucapkan Cagub I Wayan Koster yang dinilai telah meremehkan ribuan warga Bali yang telah berjuang menolak reklamasi. Dalam video yang beredar di media sosial tersebut, terdengar dengan jelas kata-kata yang diucapkan Cagub nomor urut 1 I Wayan Koster, bahwa urusan reklamasi bisa dilakukan sendiri olehnya. “Urusan reklamasi, saya tidak ikut arus yang pro, tidak ikut arus yang kontra. Tidak perlu ada kompromi. Apalagi sama Gendo. Memangnya ngapain kita kompromi sama orang yang kaya begituan. Selesai satu Koster cukup. Tidak akan jalan itu barang. Tidak perlu ajak orang lain. Saya saja cukup. Saya gubernur, selesai itu barang. Tidak ada tempat untuk itu. Tidak perlu ajak-ajak demo. Bedah,” ucap Koster seperti yang viral beberapa saat lalu. (nwm)