DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Pulau Bali kembali dipercaya sebagai lokasi pelaksanaan event berskala internasional. Pada Oktober 2018 mendatang, sebuah pertemuan tahunan yang diselenggarakan Dewan Moneter Internasional dan Grup Bank Dunia akan digelar di kawasan Nusa Dua, Badung.
Kegiatan yang dinamakan The Annual Meetings of Internasional Monetary Fund & World Bank Group (AM IMF-WBG) diperkirakan akan diikuti hingga 15 ribu orang dari seluruh dunia. Mulai dari para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara anggota IMF-WBG, sekitar 3.500 sampai dengan 5.000 investor di industri keuangan, lembaga internasional, anggota parlemen, akademisi, hingga media.
Dengan jumlah peserta sebanyak itu, Bali akan menjadi perhatian dunia paling tidak selama satu pekan. Sehingga seluruh komponen masyarakat Bali diharapkan ikut menyukseskan pelaksanaan event tersebut. Tidak terkecuali oleh media massa selaku pembentuk opini di masyarakat.
Hal itu terungkap dalam Diskusi Media yang diselenggarakan Koran Bali Express di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali, Rabu (25/7/2018). Diskusi ini mengambil tema “Optimalisasi Peran Strategis Media dan Dukungan Masyarakat Guna Menyukseskan Pertemuan Annual Meetings Fund World Bank Group (AM IMF-WBG).”
Diskusi ini bahkan dihadiri langsung oleh Gubernur Bali I Made Mangku Pastika selaku keynote speaker. Kemudian Danrem 163/Wira Satya Kolonel Arh. Albertus Magnus Suharyadi, dan Kasubdit PID Humas Polda Bali AKBP Syamsudin.
Hadir juga Sekretaris Parisdha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali Putu Wirata Dwikora, praktisi dunia pariwisata yang juga mewakili Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Ida Bagus Sidarta, serta pengamat pariwisata Dr. Gede Sutarya, M.Ag.
Sedangkan yang hadir dari kalangan media antara lain pimpinan organisasi profesi wartawan seperti Ketua PWI Bali I GMB Dwikora Putra, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali I Nengah Muliarta, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Bali Emanuel Dewata Oja, Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Bali I Nyoman Sukadana.
Di awal diskusi, Gubernur Pastika menekankan suksesnya pelaksanaan AM IMF-WBG menjadi pertaruhan Bali selaku tuan rumah sekaligus lokasi pelaksanaan kegiatan. Sekalipun, pelaksanaan kegiatan bertaraf internasional bukan baru kali ini dilaksanakan di Bali.
“Dulu sekitar 2013 digelar APEC dan WTO. Untuk WTO saja jumlah pesertanya sampai delapan ribu orang. Kepala negaranya yang terlibat dua atau tiga orang. Sekarang ini (AM IMF-WBG) jumlahnya sampai 15 ribuan. Ini peristiwa besar,” ujarnya.
Karena itu, segala persiapan telah dan sedang dilakukan. Baik oleh pihaknya di Pemerintah Provinsi Bali. Begitu juga dengan Pemerintah Kabupaten Badung yang wilayahnya menjadi venue pelaksanaan kegiatan tersebut. Begitu juga dari sisi keamanan yang turut menjadi kunci kesukseskan pelaksanaan kegiatan. Serta akomodasi penunjang seperti kamar hotel yang diperlukan sebanyak 50 ribu kamar.
“September akhir sudah mulai datang. Pada saatnya nanti tidak ada pesawat yang bisa ditumpangi. Kecuali pesawat pribadi. Sehingga pesawat parkinya ada yang di Lombok, Surabaya, Banyuwangi, sampai Makassar. Sangat complicated, ruwet, dan massif,” imbuhnya.
Karena itu, semua komponen diharapkan membantu kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan event ini. Tidak kecuali media massa yang memegang peranan penting dalam pembentukan opini di masyarakat.
“Diskusi ini penting sekali. Karena membahas berbagai isu yang berkaitan dengan event yang sangat penting bagi negara dan bangsa kita, dan bagi Bali khususnya,” tukasnya.
Soal opini ini dia contohkan dengan pemberitaan mengenai erupsi Gunung Agung yang belakangan ini meningkat aktivitasnya. Opini yang terlanjur berkembang selama ini, bila Gunung Agung erupsi, seluruh Bali akan terkena dampaknya. Karena itu dia berharap pemberitaan mengenai aktivitas Gunung Agung dibuat secara proporsional dan sesuai fakta.
“Jangan juga pakai foto erupsi Gunung Agung pada tahun 1963. Karena kondisinya tidak relevan dengan yang sekarang. Saya sudah pelajari bagaimana karakteristik gunung berapi itu,” tegasnya.
Selain membahas tentang peran media, diskusi kemarin ternyata tidak sedikit dijadikan ajang untuk sumbang saran. Terlebih, Presiden Joko Widodo berharap selama pelaksanaan AM IMF-WBG diisi dengan festival budaya seperti Pesta Kesenian Bali (PKB). Sehingga, dari sisi pelestarian kesenian budaya, momen ini sangat tepat dipakai untuk memperkenalkan kesenian dan budaya Bali. Serta para maestro seni dari Bali.
Seperti yang disampaikan Sekretaris PHDI Bali I Putu Wirata Dwikora. Momen ini menjadi kesempatan bagi Bali untuk menunjukkan kekayaan budaya yang dimilikinya.
“Ini kesempatan bagus. Karena yang datang dari berbagai dunia. Bayangkan saja jumlah pesertanya yang datang. Sebanyak itulah yang akan menyaksikan kesenian dan kebudayaan yang dimiliki Bali. Termasuk maestro-maestro seni yang dimiliki Bali. Jadi bukan hanya luar negeri saja yang punya maestro seperti Rembrant atau Picasso. Bali juga punya,” ujarnya.
Namun, dalam kesempatan itu, dia juga mewanti-wanti karena rombongan wartawan yang hadir dalam kegiatan ini jumlahnya mencapai empat ribuan orang. Di satu sisi, ini bisa menjadi promosi. Tapi di sisi lain, bisa menjadi persoalan baru seandainya pemerintah tidak mempersiapkan hal-hal positif.
“Kalau kita tidak menyiapkan hal-hal yang positif, yang direkam bisa yang negatifnya. Saya rasa pemerintah sudah menyiapkan hal itu. Seperti persoalan sampah di Suwung. Artinya, dalam event seperti ini semua komponen memang harus menyiapkan diri,” tegasnya.
Sementara pengamat pariwisata, Dr Gede Sutarya, menekankan tentang manfaat pelaksanaan pertemuan tahunan tersebut bagi masyarakat Bali. Dia berharap, event ini benar-benar bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat Bali. Sebab selama ini ada kecenderungan yang memperoleh manfaat besar dari pelaksanaan event internasional justru lebih banyak dari luar Bali.
“Jalan tengahnya. Seperti saat APEC kemarin sediakan ruang bagi masyarakat lokal untuk memamerkan hasil kerajinan mereka di Nusa Dua. Termasuk kuliner. Atau, ada semacam persiapan untuk mengajak para peserta berkunjung ke desa-desa tradisional yang ada di Bali. Terus. Tim kesenian yang dilibatkan benar-benar dari tim lokal bukan dari EO. Dan, Disbud harus menjembatani ini,” sarannya. Sutarya.
Acara diskusi itu sendiri diakhir dengan penandatangan Pernyataan Sikap Insan Media Bali. Inti dari pernyataan sikap itu adalah kesiapan insan media seperti PWI, AMSI, SMSI, dan IWO Bali mendukung dan menyukseskan pelaksanaan AM IMF-WBG yang memberi manfaat ekonomis bagi Bali dalam hal promosi wisata. Baik Bali maupun Indonesia. Begitu halnya menyangkut keamanan dan kenyamanan.
Deklarasi ini ditandatangani oleh pimpinan organisasi media serta disaksikan Gubernur Pastika, Danrem 163/Wira Satya, Polda Bali, PHDI Bali, serta PHRI Bali. (rls mp)