DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – “Saya memakai simbol pertempuran Subali dan Sugriwa nika dengan api, api kesaktian yang bermula dari kesalahpahaman,” tutur I Ketut Rina (52) di Taman Budaya Bali, Rabu malam (01/08/2018).
Pemimpin Sanggar Cak Rina ini mengemas kisah Sugriwa Subali sebagai api yang tak terduga. Kisah dalam pementasan kecak memang tak luput dari Sastra Ramayana yang menjadi benang merah cerita. Rina pun menuturkan, kecak garapannya ini sebenarnya masih memiliki latar belakang kisah Ramayana yang dikhususkan pada pertempuran Subali dan Sugriwa.
“Ini masih ada Ramayananya, tapi kalau kita tahu biasanya kecak tradisi itu duduknya melingkar, itu artinya menonjolkan cerita. Kecak saya total dari pelaku kecak itu sendiri. Ekspresi dan totalitas pemain itulah kecak yang sebenarnya,” terang Rina penuh semangat.
Bergelut dengan dunia kecak sejak kecil (40 tahun yang lalu-red), membuat Rina kian getol menyelami sumber-sumber inovasi. “Selalu ada perubahan-perubahan, tergantung juga pada kondisi panggung, kami menyesuaikan,” terang Rina.
Garapan yang terbilang ‘berani’ ini pun membuat Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Denpasar pun menjadi hidup. “Cakkk,” teriakan Rina pun memecah keheningan di malam yang dingin. Cahaya api yang datang dari obor-obor dan bola api pun ditendang bebas oleh para pemain kecak. Para penari kecak seolah tak ingat apapun lagi, mereka tampil total.
Tak ada melingkar, formasi lurus, diagonal, meloncati Madya Mandala untuk menyambangi penonton semua dilakukan Rina dan kawan-kawan 3 (tiga) generasinya dengan total, layaknya api yang membara garapan ini membakar semangat penonton untuk tak segera beranjak.
Untuk menciptakan garapan yang hidup, Rina pun mengungkapkan kuncinya adalah sebuah konsistensi. “Saya bertahan di kesenian kecak karena hanya inilah yang saya punya, inilah penghidupan dan profesi saya,” ujar Rina.
Berkat konsistensinya dalam menggeluti dunia kecak, Ketut Rina pun berhasil mengajak sebunan kecak Desa Peliatan Ubud, Gianyar untuk menjajaki negeri di luar Bali. Jepang, Korea, Equador, Iran, hingga Amerika pun berhasil disambangi Sanggat Cak Rina. Buah hati Rina yang bernama I Made Bima Antara pun menuturkan dengan mengikuti kecak dapat melepas penat dan emosi dalam diri.
“Para yoga ingin terlibat dalam kecak juga karena mereka menganggap itu adalah pelepasan energi sehingga aura diri dapat keluar,”tutur Bima. I Ketut Rina pun menuturkan bahwa berkat kecak pun dirinya dikenal orang dan dapat membintangi film seperti Sekala Niskala karya Kamila Andini, Under the Tree dan film lainnya.
Gubernur Bali, I Wayan Koster yang turut hadir dalam garapan Kecak I Ketut Rina pun mengungkapkan, guna mendukung kesenian tradisi seperti kecak dirinya telah menyiapkan program-program untuk menjaga tradisi ini agar kian eksis.
“Garapan yang hidup ini senantiasa saya dukunh dengan program penguatan di bidang seni budaya, penguatan budaya Bali ini dari hulu ke hilir agar semakin kuat keberadaannya,” papar Koster yakin. (mp)