DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Sejalan dengan perkembangan dewasa ini, Gubernur Bali Wayan Koster meminta Krama Desa Pakraman Panjer-Denpasar meningkatkan rasa persaudaraan sekaligus mengedepankan sikap terbuka dan inklusif. Harapan itu disampaikannya saat menghadiri Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung lan Tawur Balik Sumpah Utama Pura Desa, Pura Puseh lan Bale Agung Desa Pekraman Panjer-Denpasar, Minggu (14/10/2018).
Lebih jauh Koster mengingatkan agar tidak ada warga yang memunculkan sikap eksklusif atau menutup diri terhadap orang lain maupun dunia luar. “Jangan ada yang merasa berkuasa bahkan mau menang sendiri, karena perlahan sikap dan sifat seperti itu akan memunculkan arogansi serta memecah belah persaudaraan,” ujarnya.
Koster yang didampingi Ny.Putri Suastini Koster juga mengharapkan seluruh Krama Desa Pekraman Panjer membangkitkan sekaligus menjalankan tata-titi kehidupan yang berpedoman pada filosofi menyama braya dan Tri Hita Karana. Menurutnya, filosofi itu mengajarkan Krama Bali untuk hidup berdampingan, membangun pondasi rasa saling asah asih dan asuh, paras-paros sarpanaya, sagilik saguluk salunglung sabayantaka.
Pada bagian lain, Koster juga mengapresiasi semangat Krama Panjer dalam nangun yadnya. Kata dia, karya adat seperti ini merupakan salah satu usaha menyatukan rasa dan laksana warga desa dalam menjalankan ajaran agama. Lebih dari itu, pelaksanaan upacara keagamaan juga menjadi bagian penting dalam upaya melestarikan adat dan budaya Bali.
Pada kesempatan itu, Koster yang didampingi pula oleh Sekda Dewa Made Indra, Kepala Bappeda dan Litbang Wayan Wiasthana Ika Putra dan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra memohon doa restu agar dapat menjalankan tugas sebagai Gubernur periode 2018-2023. Ia pun minta dukungan seluruh Krama Panjer dalam melaksanakan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang mempunyai arti menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama dan gumi Bali yang sejahtera dan bahagia.
“Saya hadir disini, bukan hanya sebagai Gubernur tetapi juga sebagai Krama Desa Pekraman Panjer. Karena di tempat inilah istri tercinta saya dibesarkan dan tumbuh menjadi seorang seniman yang metaksu,” pungkasnya.
Sementara itu, Bendesa Adat Panjer A. A Ketut Oka Adnyana dalam laporannya mengatakan bahwa karya ini dilaksanakan setelah sebelumnya dilakukan pemugaran pura yang menelan biaya hingga Rp. 10 milyar termasuk rentetan upacaranya.*(mp)