BADUNG, MEDIAPELANGI.com – Upacara pawiwahan (pernikahan) putra Bupati Badung Nyoman Giri Prasta yang berlangsung di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung berlangsung meriah dengan dihadiri sejumlah undangan penting, belum lama ini.
Tampak di antaranya Gubernur Bali Wayan Koster didampingi istri Ibu Putri Suastini Koster serta Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra.
Kehadiran orang nomor satu di Bali itu disambut hangat oleh tuan rumah Bupati Badung Nyoman Giri Prasta beserta istri Ny Seniasih Giri Prasta, kedua mempelai serta keluarga besar yang menghadiri acara pawiwahan tersebut.
“Kami mengucapkan selamat kepada putra Bapak Giri Prasta, Made Bima Nata, yang menikah dengan Ni Luh Komang Winda Candra Kumala. Semoga dengan pernikahan ini, Ananda Made Bima Nata dan Ananda Ni Luh Komang Winda Candra Kumala menjadi keluarga yang senantiasa dikaruniai bahagia dan sejahtera, serta di kemudian hari melahirkan keturunan yang suputra, berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa,” kata Gubernur Koster menyatakan doa dengan tulus sekaligus memberikan ucapan selamat.
Selama menghadiri undangan itu, terlihat keakraban dan suasana penuh kekeluargaan antara Gubernur Koster dan Bupati Badung, mengingat jalinan pertalian persahabatan yang telah berlangsung sangat lama di antara keduanya.
Pada kesempatan itu, Gubernur Koster juga mendoakan agar Bupati Badung ini segera mendapat cucu dari kedua mempelai, sehingga suasana keluarga bertambah ramai.
Sementara itu, Ibu Putri Suastini Koster pun menyatakan kegembiraan melihat rona kebahagiaan yang memancar dari kedua mempelai. “Semoga Ananda Made Bima Nata dan Ananda Ni Luh Komang Winda Candra Kumala dapat mengarungi bahtera rumah tangga dengan damai, bahagia dan selalu bersama hingga akhir hayat,” katanya.
Pada tempat yang sama, Bupati Giri Prasta menyatakan terima kasih atas segala harapan dan doa pada mempelai berdua. Ia mengatakan, selain pawiwahan, acara yang dilangsungkan pada 1 November itu juga dilaksanakan upacara metatah (potong gigi), mejaya-jaya dan nganyaran.
“Metatah ini diikuti berlima, yakni anak titiang, anak beli (kakak) dan anak adik titiang. Ritual ‘puniki’ telah sesuai dengan agama, dresta, awig-awig dan tata cara, khususnya dresta dan sima ring Desa Adat Pelaga ini,” ujarnya.
Selanjutnya pada 3 November nyegara gunung, mepekelem ring Pura Beratan, penyenukan lan ngeluwur. “Karya ngenteg linggih, pedudusan alit dan weraspati kalpa ini berisi penyugjug dan pengenteg. Karya di Pelaga ini tingkatannya tidak boleh lebih tinggi dari Merajan Kawitan yang ada di Bualu, Nusa Dua,” ucap Bupati Giri Prasta, sambil sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada semua krama yang sudah mendukung pelaksanaan karya sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar, sida sidaning don lan labda karya. (amobali)