BULELENG, MEDIAPELANGI.com – Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) sebagai salah satu organisasi wanita sosial kemasyarakatan yang berlandaskan spiritual agama Hindu dan tumbuh di tengah-tengah kemajemukan kehidupan beragama serta kompleksitasnya masalah sosial masyarakat, mengemban tugas yang semakin berat. Berbagai peran harus dilaksanakan oleh para wanita Hindu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di era pengarusutamaan gender seperti saat ini, wanita Hindu diharapkan mampu memainkan perannya baik sebagai seorang wanita, istri, ibu di ranah domestik maupun berkarir di ranah publik. Demikian disampaikan Pembina WHDI Provinsi Bali, Putri Sustini Koster pada HUT ke-31 Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Tahun 2019 Tingkat Provinsi Bali yang mengambil tema “Mari Kita Tingkatkan Peran Wanita Hindu Dharma Indonesia Dalam Melaksanakan Dharma Negara”, di Auditorium Kampus Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja, Buleleng, Senin (25/2/2019).
“Berbicara masalah wanita dalam Hindu nampaknya tidak bisa lepas dari konsep Tattwa tentang Ketuhanan Hindu. Wanita dianggap sebagai Dewi yang juga sebagai penerang bagi dunia. sebagai seorang Dewi maka wanita Hindu memiliki tugas yang amat berat. Bahkan karena tugasnya tersebut wanita dikatakan lebih berat dari bumi. Tugas berat inilah yang menjadikan wanita memiliki kedudukan yang mulia dalam Hindu,” ujar Ny. Putri Koster dalam sambutannya.
Dikatakan Ny. Putri Koster yang juga ketua TP PKK Provinsi Bali ini, kemunculan dan perkembangan organisasi WHDI ini memainkan peranan penting dalam meningkatkan kualitas diri wanita, seperti meningkatkan kemampuan manajemen, memperluas wawasan, dan mengembangkan jaringan. “Organisasi dan gerakan wanita ini meningkatkan posisinya terlihat dari frekuensi keterlibatan para pemimpin organisasi-organisasi tersebut dalam berbagai kegiatan pembangunan, yang dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah dan institusi lainnya. WHDI merupakan suatu wadah yang dibentuk untuk melihat berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat umat Hindu. Organisasi ini ada untuk melihat segala macam persoalan, baik pribadi maupun orang banyak,” jelasnya.
Ia berharap kedepan WHDI bisa terus bersinergi dengan organisasi keagamaan lainnya agar mampu mewujudkan Indonesia sejahtera dan tetap terjaga toleransi antar umat beragama.
Disisi lain, Ketua Umum WHDI Pusat, Ny. Rataya B. Kencanawati Suwisma dalam sambutannya mengatakan jika tema yang diambil pada peringatan HUT ke-31 kali ini sangat relevan ditengah situasi politik bangsa Indonesia jelang Pemilu 2019 pada 17 April mendatang. Menurutnya, keyakinan umat hindu memiliki 2 (dua) kewajiban yang sering diaebut swadarma hidup yakni dharma agama dan dharma negara. “Untuk dapat melaksanakan kedua dharma ini tentu harus dilandasi kesadaran pribadi umat hindu termasuk wanita hindu itu sendiri. Pada konteks menjalankan dharma negara dan dari sisi partisipasi pemilu dan politik, masyarakat hindu khususnya wanita hindu sudah dewasa politik. Dengan partisipasi aktif umat hindu dalam kontestasi politik, maka akan terasa kewajibannya dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” ungkapnya.
Ditambahkan Ny. Rataya B. Kencanawati Suwisma, sebagai warga negara umat Hindu adalah bagian integral bangsa Indonesia. Yang artinya bahwa masyarakat Hindu sama dengan masyarakat lainnya dalam tanggungjawab dan haknya kepada negara. Di dalam konteks demokrasi, peran aktif umat Hindu terletak pada kontribusinya pada pemilu.
Sementara itu, Ketua Panitia yang juga Ketua WHDI Kabupaten Buleleng, Ny. Ida Ayu Wardhany Sutjidra dalam laporannya menyampaikan dalam rangka memperingati HUT ke-31 yang dipusatkan di kabupaten Buleleng ini, diselenggarakan berbagai lomba yang diikuti oleh WHDI Kabupaten/Kota se-Bali. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan sosial dengan mengunjungi Panti Asuhan Narayan Seva di Desa Kerobokan, Sawan, Buleleng, Minggu (24/2).
Pada kesempatan tersebut hadir pula Ketua WHDI Provinsi Bali, Bintang Dharmawati Puspayoga, Penasehat WHDI Kabupaten Buleleng, Ny. Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana, Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra. (*amb)