GIANYAR, MEDIAPELANGI.com – Sempat tidak digelar bertahun-tahun, tradisi megibung di Desa Pakraman Pakuseba, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, kini dibangkitkan kembali. Seperti hari ini, selasa (26/03/2019) ini pun dilakukan dipelataran pura desa setempat,mulai memasak hingga makan melibatkan seluruh warga.
Sempat menghilang sebelum dibangkitkan kembali pada 2008, kini sudah menjadi tradisi warga desa setempat, setiap enam bulan sekali secara rutin digelar tradisi megibung yang dilakukan di Pura Desa setiap upacara Puja Wali Anggara Kasih Prangbakat. Digelar dipelataran pura, warga dibagi dalam beberapa kelompok dan siapkan sajian berupa nasi putih, lawar bali hingga seperangkat sate.
Tercatat ada dua ratus warga yang ikut megibung, merekapun makan bersama dengan menu yang juga sama, sebagai bentuk kesetaraan diantara warga.
Bahkan pada saat tradisi ini digelar seluruh warga yang bekerja diluar kota juga dikumpulkan untuk ikut merasakan dan bergabung dalam tradisi megibung untuk menyatukan warga.
Saat tradisi ini digelar, Wakil Bupati Gianyar , Anak Agung Gde Mayun juga ikut megibung bersama seluruh warga. Wakil Bupati Asal Puri Agung Gianyar ini tampak sangat menikmati menu yang disajikan dengan olahan lawar khas Bali.
Berbisik dengan prajuru ada Anak Agung Gde Mayun Berpesan tradisi megibung harus tetap dilakukan untuk menjaga budaya bali yang adi luhung, leih-lebih tradisi ini mampu mempersatukan warga adat,” ini harus tetap terjaga, bagaimana dengan cara ini warga adat bisa bersatu, gotong-royong, setara dalam setiap kesempatan, bisiknya.
Nikmat dengan menu olahan bersama, saat megibung dialog dan keakraban diantara warga juga sangat dirasakan.
Ini bertujuan untuk menjalin keakraban dan menghindari komplik sekecil apapun diantara warga.
I Wayan Windi Adnyana, penyarikan desa adat setempat, tradisi yang sempat hilang ini kembali di gelar sebagai wujud kebersamaan , gotong royong dan kesetaraan diantara warga.” Sempat menghilang tidak tahu akibat kejadian apa sebelumnya, dan tahun 2008 bertepatan dengan pemelaspas di pura ini dihidupkan kembali dengan filosopi megibung warisan leluhur kami, kebersamaan gotong royong dan kesetaraan diantara warga, ini harus di teruskan untuk anak cucu kami, paparnya saat acara digelar.
Usai menikmati makan bersama seluruh wargapun membersihkan sisa makanan untuk dibuang sesuai jenis sampah. (mp)