fbpx

Musim Kemarau, Petani Tabanan Panen Ratusan Ton Jagung

Tanaman Jagung Petani di Desa Beraban, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan

TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Tidak hanya menghasilkan padi, ribuan ton jagung juga  dihasilkan oleh Kabupaten Tabanan yang dikenal sebagai lumbung pangannya Bali ini.

Sebaran tanaman jagung terdapat di beberapa subak yang berada di wilayah pesisir selatan Kabupaten Tabanan seperti di Kecamatan Kerambitan dan Selemadeg Timur.

Informasi yang berhasil di peroleh, di wilayah peisisir selatan Tabanan meliputi Desa Beraban, Desa Tenggal Mengkeb dan  Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur hampir sebagian besar sawah termasuk sawah tadah hujan. Setiap tahun hanya bisa ditanami padi satu kali saja yaitu bulan Januari hingga April. Selanjutnya mulai bulan Mei petani mulai menanam palawija salah satunya adalah tanaman jagung.

Seorang pengusaha tani asal Desa Beraban Seltim yang akrab disapa Pak Rika membenarkan hal tersebut. Menurutnya, di wilayah Desa Beraban setiap tahun petani rutin menanam jagung,  sudah sejak tahun 1998, terangnya saat dijumpai di selipnya Minggu (22/9/2019) lalu.

Lanjut Pak Rika, di wilayahnya ada tiga subak yang menanam jagung yaitu Subak Lanyah Delod Jalan, Gebang Gading  Atas dan Subak Gebang Gading Bawah. Pada musim ini jenis jagung yang ditanam yaitu jagung NK 212, dulu awal-awalnya pernah juga menanam jenis Arjuna, BISI 2, BISI 228, dan Benpras 8. Musim tanam jagung mulai bulan Mei dan musim panen bulan September.  Untuk Jenis jagung NK 212 sudah bisa dipanen pada umum 120 hari dengan masa panen 1 hingga 2 bulan,  terangnya.

“Produksi jagung sekarang turun, dua tahun lalu pernah mencapai 600 ton, sekarang hanya 205 ton saja. Harga jagung bijian di pasaran saat ini (2019) hanya Rp. 4000/kg, sebelumnya pernah Rp. 5000/kg, Produksi jagung bijian per hektar rata-rata mencapai 7 ton yang semuanya terserap di pasar lokal saja, imbuh Pak Rika yang juga berprofesi sebagai saudagar jagung.

Panen Jagung di Desa Beraban disamping sebagai sumber pendapatan petani juga membuka lapangan kerja. Pada musim panen Pak Rika mengaku menyerap tenaga kerja tidak kurang 30 orang mulai dari petik, selip dan penjemuran. “Untuk selip atau dores biasanya dengan system borongan, setengah hari per orang bisa meraup upah minimal Rp. 100.000,- tergantung kapasitas mesin, kebetulan mesin dores punya saya berkapasitas 20 ton”, ujarnya (kr).

Berita Terkait
error: Konten ini terlindungi.