TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Pujawali di Pura Luhur Tanah Lot, Kediri, Tabanan, berlangsung pada Budha Wage Langkir, Rabu (4/3/2020) dan akan nyejer sampai (7/3/2020).
Saat pujawali, umat Hindu yang berasal dari berbagai daerah di Bali mulai berdatangan memadati pura di tengah laut ini. Antreannya biasanya saat pagi dan malam hari.
Karena siang sampai sorenya air laut sedang pasang, maka persembahyangan dilaksanakan di Pura Penyawang.
Dan diperkirakan akan membludak pada malam harinya karena hari ini air surut sekitar pukul 21.00 Wita. Bahkan sehari sebelumnya yakni Selasa malam sudah mulai banyak pemedek yang bersembahyang.
Piodalan di Tanah Lot ini juga bersamaan dengan Pura Batu Bolong dan Pura Penataran di kawasan DTW Tanah Lot.
Berdasarkan sejarah, Pura Tanah Lot termasuk dalam Dang Kahyangan dimana Dang Hyang Nirartha bermeditasi menyatukan energi gunung dan lautan (Lingga Yoni) sehingga terjadi kehidupan di muka bumi. Ketika hendak meninggalkan tempat itu Dang Hyang Nirartha meminta masyarakat setempat untuk mendirikan bangunan suci untuk memuliakan Dewa Lautan dan Dewa Gunung (Nyegara Gunung). Dan dititahkan pujawalinya setiap 210 hari sekali yakni saat Budha Wage Langkir.
Walaupun hujan sempat turun beberapa saat dan suasana mendung tapi tidak mengurangi semangat umat Hindu untuk melakukan persembahyangan. Iring-iringan pemedek menambah keindahan DTW Tanah Lot. Tak jarang, wisatawan berburu mengabadikan momen langka tersebut. Mereka ikut berbaur di bibir pantai bersama para pemedek.
Menurut Manajer Operasional DTW Tanah Lot, Toya Adnyana, upacara piodalan ini menambah daya tarik wisatawan. Karena itu, banyak yang menunggu upacara ini untuk menikmati kawasan DTW Tanah Lot.
Bahkan, mereka rela menunggu seharian untuk bisa mengabadikan moment yang paling digemari wisatawan asing ini. “Wisatawan sangat antusias melihat langsung prosesi keagamaan di DTW Tanah Lot,”ujarnya. “Untuk pemedek lokal biasanya kebanyakan berdatangan satu hari sebelumnya atau saat pujawali antara pukul 19.00-23.00 Wita, karena saat itu air laut sedang surut-surutnya”, tambahnya.
Kegiatan biasanya mencapai puncak keramaian saat sore sampai malam hari. “Disini kita juga dibantu oleh STT dari Desa Adat Beraban yang ngaturang ayah secara bergilir.
Mereka sudah mulai ngayah dari sebelum Hari Raya Kuningan sampai nanti mesineb tanggal 7 Maret 2020.
“Jadi dari masing-masing banjar adat di Desa Adat Beraban, secara bergiliran sekaa teruna teruninya ngaturang ayah di Pura Luhur Tanah Lot. Biasanya mereka secara bergilir dari pagi sampai malam hari”, jelasnya. “Selain itu jika air laut sedang pasang, pihak panitia akan memasang tali sepanjang area beji fungsinya untuk membantu pemedek yang akan bersembahyang ke luhur ataupun yang akan mepamit selesai bersembahyang. Dan juga kita menyiapkan rubber boat untuk antisipasi”, tambahnya.
Sementara satu hari sebelumnya, atau Selasa 3 Maret 2020 dilaksanakan upacara “Ngebejian” di Beji Kaler Pura Luhur Tanah Lot. Upacara itu dilaksanakan pukul 08.00 wita mengikuti surut air laut, untuk menyucikan atau membersihkan semua “pratima” (benda sakral) yang akan dipakai dalam piodalan besoknya dengan air suci dari Beji (sumber air suci) di Pura Luhur Tanah Lot.(mp/rls)