DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan saat ini dunia tengah dihadapkan pada kondisi sulit akibat pandemik COVID-19 yang menyebar begitu cepat di berbagai belahan dunia.
Indonesia dan khususnya Provinsi Bali juga tidak terlepas dari sebaran virus ini. “Namun di sisi lain, kita juga telah melakukan berbagai upaya baik untuk mencegah penyebaran kasus positif COVID-19. Upaya pencegahan yang kita lakukan selama ini menunjukkan hasil yang baik,” ujar Wagub Bali saat membuka National Web Seminal yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Bali, dengan tema “What Can Bali’s Tourism Industry Do With Digital Payment In The New Normal Era”, Kamis (4/6/2020).
Menurut data statistik tim satgas Covid-19 Provinsi Bali per tanggal 2 Juni 2020 tingkat kesembuhan dari pasien positif Covid-19 di Provinsi Bali adalah 69,29%. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi semua. Meski jumlah kasus positif di Bali masih bertambah, namun jumlah ini relatif lebih baik dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Untuk itu, Wagub mengatakan perlu mempersiapkan diri untuk membangun kembali perekonomian Bali, terutama pada sektor pariwisata sebagai leading sektor di Bali. Dikatakan
membangun pariwisata Bali pasca pandemik bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, implementasi protokol kesehatan pada seluruh sektor, terutama industri pariwisata, menjadi fokus utama.
Salah satu komponen dalam protokol kesehatan adalah metode transaksi non-tunai. Hal ini penting untuk dilakukan karena setidaknya dua alasan. Pertama, uang tunai dapat menjadi media penyebaran virus yang harus kita hentikan. Kedua, transaksi non-tunai sebenarnya merupakan metode transaksi yang efektif dan aman. Ini merupakan momentum yang baik bagi kita untuk mulai menggalakkan gerakan masyarakat non-tunai (Cashless Society).
Pemberlakuan transaksi non-tunai tentu memiliki tantangan tersendiri. Masyarakat Bali saat ini masih belum terlalu fasih menggunakan alat pembayaran digital. Mengubah pola perilaku masyarakat membutuhkan suatu pembiasaan yang dapat didorong dengan kemudahan dan manfaat bertransaksi digital.
Hadirnya Bank Indonesia dengan QRIS atau Quick Response Indonesian Standard. Sistem ini diharapkan mampu mengatasi persoalan ini dengan menyamakan sistem e-money di Indonesia. Ke depan Wagub yang akrab disapa Cok Ace berharap Bali tidak saja dapat menjadi pelopor dalam penggunaan transaksi non-tunai, tetapi juga unggul dalam pengembangan inovasi dan penerapan teknologi informasi digital.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, menyampaikan tujuan dari Webinar ini adalah sebagai pertukaran ilmu pengetahuan dan sosialisasi bagaimana industri pariwisata Bali kedepannya dalam menghadapi pasca pandemi ini dapat melakukan transaksi pembayaran yang non tunai atau contact less. Ini juga merupakan perkembangan digitalisasi dari industri 4.0.
Menurut Trisno dengan melakukan transaksi pembayaran nontunai maka akan mengurangi penularan virus melalui lalu lintas uang. Untuk itu, kedepannya Bank Indonesia akan berkerjasama dengan perbankan yang ada di Bali untuk turut menyelenggarakan dan mengedukasi masyarakat terkait pembayaran nontunai.
Terkait dengan hal tersebut, ia menyatakan bahwa sejak triwulan pertama tahun 2020, transaksi nontunai sudah mulai ada peningkatan. Hal ini merupakan dampak dari pandemi dimana masyarakat lebih cenderung memilih transaksi nontunai menggunakan m-banking serta merchant lainnya.
Untuk itu ia berharap dengan webinar yang mengundang asosiasi pariwisata, perbankan se Bali serta beberapa aktor terkait dapat memberikan edukasi baru terhadap payment Bali kedepannya, dan nantinya masyarakat Bali semakin fasih menggunakan transaksi non tunai. (*mp/rls)