DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan ISI Denpasar bisa membentuk tim kecil untuk membahas protokol kesehatan bagaimana yang akan diterapkan dalam pertunjukan seni. Sehingga format protokol kesehatan tersebut biasa digunakan oleh pariwisata agar menjadi bagian dari penerapan prorokol kesehatan yang ada dalam lingkungnya.
“Protokol seni tersebut dapat diatur oleh para ahli seni agar tetap mengutamakan taksu dari seni tersbut. Sehingga protokol seni tidak diatur oleh pariwisata, namun protokol seni ya diatur oleh ahli kesenian itu sendiri,” ujar Wagub yang akrab disapa Cok Ace menjadi salah satu narasumber dalam seminar Menata Ulang Format Gelar Seni Pertunjukan Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2020, di Gedung Citta Kelangen, ISI Denpasar, pada Kamis (18/6/2020).
Wagub Cok Ace yang juga sebagai guru besar di ISI Denpasar, menginisiasi seminar tersebut. Berangkat dari kegundahan Wagub Cok Ace terhadap keberadaan seni terutama seni pertunjukkan di masa pandemi Covid-19. Untuk itu, Wagub Cok Ace memandang perlu mendiskusikan bagaimana konsep pertunjukan seni yang akan dilakukan pada masa pandemi, apabila nantinya pariwisata Bali akan dibuka kembali walaupun secara bertahap.
“Mengingat semenjak masa pandemi Covid-19 ini ada beberapa protokol kesehatan yang harus kita taati. Untuk itu bagaimana dengan kesenian yang mana dalam pergelarannya melibatkan massa yang banyak dan tentunya dengan berbagai riasan yang harus digunakan, ini perlu kita diskusikan bersama,” ujarnya.
Untuk itu, Wagub Cok Ace meminta masukan dari para pelaku seni, khususnya terkait protokol kesehatan dalam bidang kesenian pertunjukan. “Saya ingin pertunjukan yang diberikan nanti memiliki taksu namun juga aman, pengunjung aman dan para seniman juga aman, jadi kita harus pikirkan ini secara bersama dan serius,” pungkasnya.
Sementara itu budayawan Prof. Dr. I Wayan Dibya menyampaikan format seni pertunjukan harus segera ditemukan, mengingat semenjak adanya pandemi Covid-19 telah menjungkirbalikkan berbagai kebiasaan-kebiasaan yang selama ini berlaku di jagat seni, khususnya dalam seni pertunjukan.
Menurutnya seni pertunjukan juga merupakan seni komunikasi antara pelaku dan penonton. Untuk itu jika komunikasi ini dihilangkan maka taksu seni tersebut akan hilang. Untuk itu, ia menyampaikan beberapa sumbangan pikiran terkait format baru dalam seni pertunjukan. Pertama, format seni pertunjukan masih tetap dilakukan secara live namun dengan protokol kesehatan yang ketat. Kedua, dalam kondisi ini materi dari kesenian tersebut harus sedikit di rumah seperti dalam pertunjukan kecak, calonarang dan lainnya agar menyesuaikan protokol kesehatan.
Ketiga, bentuk pementasan bisa secara langsung ataupun virtual sehingga masih tetap ada komunikasi dengan para penonton. Untuk itu ia berharap seminar ini dapat memberikan suatu masukan yang baik dalam merumuskan format baru dalam pertunjukan seni di masa pandemi covid-19.
Dalam kesempatan tersebut juga menghadirkan narasumber lainya yaitu Assitant Show and Entertaiment Manager Bali Safari and Marine Park Kadek Agus Ardana, serta beberapa peserta yang merupakan para pakar kesenian yang juga memberikan masukan dalam diskusi tersebut.
Selain itu juga dilakukan peluncuran buku “Purana Seni Perjalanan Panjang Berliku” oleh Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha. (*mp/rls)