DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) membuka lomba layangan virtual season 2.0 celepuk vs kupu-kupu vs celepuk di Beach Club Restaurant Puri Santrian Sanur, Minggu (12/7/2020). Lomba layangan diikuti 380 peserta yang tak hanya berasal dari Daerah Bali, tapi juga melibatkan peserta dari Lombok dan Sulawesi.
Dalam sambutan singkatnya, Wagub Cok Ace mengapresiasi ide kreatif penggagas lomba laying-layang virtual yang digelar di tengah pandemi Covid-19 ini. Selain mengakomodir aspirasi dan penyaluran hobi para rare angon (sebutan bagi pemain laying-layang), menurutnya kegiatan ini menjadi momentum yang baik bagi dunia pariwisata untuk mulai bangkit dari keterpurukan.
Guru besar ISI Denpasar ini berharap, event semacam ini dijadikan momentum untuk menunjukkan pada dunia bahwa Bali telah siap memasuki tatanan kehidupan era baru dengan menerapkan protokol kesehatan pada berbagai sektor, termasuk pariwisata. Ia berharap, ketatnya protokol kesehatan yang diterapkan di objek wisata dan sarana akomodasi terus diunggah di media sosial sehingga dunia luar tahu bahwa Bali sangat konsen terhadap penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
“Mari kita tunjukkan pada dunia luar bahwa Bali dengan pesona keindahan alamnya siap menerima wisatawan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” ujar penglingsir Puri Ubud ini. Lebih dari itu, kegiatan yang melibatkan peserta dari luar daerah ini diharapkan menjadi media untuk membangun jejaring antar destinasi.
Masih dalam sambutannya, pengemar mobil antik ini menginformasikan bahwa Pemprov Bali secara resmi telah mencanangkan mulai diberlakukannya tatanan kehidupan era baru yang produktif dan aman Covid-19. Skema tatanan kehidupan era baru ini dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai pada tanggal 9 Juli 2020 untuk aktivitas lokal, lanjut pada 31 Juli 2020 untuk wisatawan domestik dan pada 11 September 2020, Bali akan dibuka bagi wisatawan manca negara. “Khusus untuk aktivitas lokal, seringkali asumsi kita hanya pada kegiatan ekonomi seperti pasar dan UMKM, padahal aktivitas lokal yan dimaksud dalam skema ini juga termasuk sektor pariwisata dengan sasaran masyarakat lokal Bali,” terangnya.
Menurut Cok Ace, potensi wisatawan lokal sejatinya tak kalah dengan wisatatawan nusantara yang datang dari luar Daerah Bali dan manca negara. “Baru-baru ini, kawasan wisata Kintamani dipadati masyarakat lokal yang sudah sangat ingin berwisata,” sebutnya. Selama ini, tambah Cok Ace, potensi wisatawan lokal cenderung terabaikan dan pelaku pariwisata cenderung lebih fokus pada wisatawan nusantara dan manca negara. “Sambil menunggu kedatangan wisatawan nusantara dan mancanegara, potensi wisatawan lokal harus menjadi perhatian untuk kita garap di tengah situasi pandemi yang belum sepenuhnya berakhir. Istilahnya deglobalisasi, dari kita dan untuk kita,” urainya.
Apresiasi terhadap kegiatan ini juga diutarakan oleh Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang menyampaikan sambutan secara daring. Ia salut dengan kreativitas yang ditunjukkan penggagas lomba layingan virtual ini. Menurutnya, penyelenggaraan lomba layang-layang ini menjadi media bagi para rare angon untuk mengembangkan kreasi. “Meskipun kita masih harus berjuang melawan pandemi, kreativitas tak boleh mati,” pungkasnya.
Kadek Suprapta Meranggi selaku penggagas acara menyampaikan, lomba layang-layang virtual ini mendapat sambutan yang luar biasa dari para rare angon. Pria yang lebih dikenal dengan nama Deck Sotto ini menginformasikan bahwa ini merupakan kali kedua pelaksanaan lomba layang-layang virtual tahun ini. Lomba season 1.0 yang mengusung tema Rare Angon vs Covid-19 dilaksanakan 31 Mei 2020 dengan jumlah peserta sebanyak 155.
Sukses digelar pada sesi pertama, pihaknya menerima banyak permintaan agar kegiatan serupa digelar kembali. Memenuhi pemintaan tersebut, ia memutuskan untuk mengelar lomba season 2 dengan tema Celepuk vs Kupu-Kupu yang diikuti 380 peserta. Sebagai penggemar layang-layang, Deck Sotto mengaku harus memutar otak agar tradisi ini tidak punah dan tetap bisa dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang mensyaratkan pemberlakuan protokol kesehatan. “Pada situasi normal, seyogyanya lomba dilaksanakan di lapangan dengan banyak orang. Di tengah situasi pandemi, hal itu tak memungkinkan untuk dilaksanakan.
Akhirnya saya menggagas lomba secara virtual,” urainya. Menurutnya, lomba ini bukan semata media penyaluran hobi bagi para rare angon.
Lebih dari itu, ajang ini membawa dampak positif bagi sektor perekonomian yang saat ini berada pada titik nadir. “Teman-teman pekerja yang dirumahkan banyak mendapat job sebagai pembuat layang-layang, ini tentunya sangat mengembirakan,” ucapnya sembari menyebut lomba layang-layang virtual yang digelar di Bali ini adalah yang pertama dan satu-satunya di dunia. Sementara itu, Ketua Yayasan Pembangunan Sanur Ida Bagus Sidartha menyampaikan apresiasi dan mengaku bangga menjadi bagian dari kegiatan ini.
Pembukaan lomba layang-layang virtual ditandai dengan penaikan layang-layang secara simbolis oleh Wagub Cok Ace yang diikuti sejumlah tamu undangan. Acara pembukaan juga dimeriahkan fashion show bertema layang-layang yang digelar di tepi pantai.(*mp/rls)