fbpx
BirokrasiFeaturedNasionalOpini

OPINI: Menata Hati Menyentuh Nurani

SUMUT, MEDIAPELANGI.com – Tidak ada manusia yang sempurna, demikian kira-kira kata yang mungkin kerap kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kata itu juga ternyata berlaku bagi siapa siapa saja yang menjadi pasangan kita.

Dalam mengarungu rumah tangga, dari kata tersebut, dapat diketahui bahwa sudah pasti ada hal-hal yang berpotensi menimbulkan kekecewaan, apalagi kita bertemu dengan orang-orang perfeksionis yang cenderung tidak mentolerir adanya kekurangan.

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, kita membutuhkan kedewasaan sikap dan toleransi yang cukup agar merasa nyaman dalam menjalaninya, sehingga kita bisa percaya diri di satu sisi dengan sisi lain menyadari kekurangan yang ada.

Namun, ada yang menjadi pertanyaan mendasar jika seandainya pasangan yang kita temui adalah orang yang sikapnya selalu menyudutkan kita karena berbagai kekurangan yang kita miliki tanpa melihat kelebihan yang kita punya, Bagimana seharusnya kita bertindak bila mengalami persolan tersebut ?

Pembaca dimanapun berada. Perlu diketahui, salah satu pondasi utama pernikahan bahagia adalah penerimaan yang utuh akan pasangan kita. Sebab dengan semua kebihan dan kekurangan yang ada, kita tetaplah manusia biasa yang bisa menjalin hubungan saling menguntungkan asalkan merasa nyaman dan percaya diri.

Menemukan pasangan yang tepat dimana kita bisa berkonsentrasi atas kelebihan yang kita miliki tanpa rasa terintimidasi adalah impian setiap insan. Oleh karenanya, saling memahami adalah kunci utama dalam mewujudkan hal tersebut.

Saling mengerti dan saling memahami, adalah tindakan yang seharusnya kita lakukan terhadap pasangan kita. Jangan sampai sikap kitalah yang menyebabkan rasa nyaman itu pergi karena pasangan merasa minder.

Kita menuntut kesempurnaan dirinya, kita sebutkan berbagai kekurangannya dengan cara yang keras dan kasar, tanpa melihat banyaknya kelebihan yang dia miliki. Tanpa juga melihat pada diri kita terdapat banyak kekurangan yang sebenarnya juga berpeluang mengecewakan pasangan.

Rasulullah bersabda, “Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika dia tidak menyukai satu akhlak pada dirinya, insya allah ada sisi lain yang dia ridhai.” (HR. Muslim)

Hadist syarif ini mengajarkan kepada kita tentang kedewasaan sikap untuk mencari sisi positif dari pasangan. Jangan sampai satu akhlak yang menjadi kekurangannya menyiksa bathin kita, sedang dia memiliki banyak akhlak lain yang positif dan bisa menumbuhkan sikap ridha.

Ia meminta kita untuk bersikap adil dalam menilai kelebihan dan kekurangan seseorang agar membuahkan kebaikan. Karena pasangan dalam bersikap dan berkelakuan, tentu saja tidak bisa sempurna seratus persen sebagaimana yang kita inginkan.

Maka sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, kita harus bermusyawarah secara ma’ruf kepada pasangan kita, sebagaimana Allah perintahkan hal itu dalam surah An-Nisaa’ ayat 19.

Baca Juga:  Hari Kunjung Perpustakaan: Momentum Penting untuk Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

“Hai orang-orang yang beriman, mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kerkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (Maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”(Q.S. Annisaa’ : 19).

Menurut Ibnu Katsir, hal ini bermakna perintah kepada para suami untuk membaiki ucapan, tindakan, dan penampilan sesuai kemampuan yang ada. Dan hal tersebut juga berlaku bagi istri.

Para pembaca dimanapun berada, Hati adalah kunci dari itu semua, bila hati kita tenang, maka tidak akan terjadi prasangka-prasangka buruk terhadap pasangan, karena hati pada hakikatnya umpama luasnya samudera yang dapat mempertimbangkan apapun. Oleh karenanya, mari perbaiki hati kita dengan mempanyak mengingat Allah SWT. Semoga apa yang kita harapkan senantiasa berada dalam keridhan-Nya. Aamiin.

Penulis : Siti Rahma Harahap, M.A. ( Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mandailing Natal, Indonesia)

Berita Terkait

Back to top button
error: Konten ini terlindungi.