TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan harus menunda pelaksanaan pembelajaran tatap muka yang rencananya akan diselenggarakan yang saat ini Kabupaten Tabanan berada di zona kuning menuju zona orange karena meningkatnya angka penyebaran Covid-19.
Hal itu terungkap saat Komisi IV DPRD Tabanan menggelar rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan serta Dinas Kesehatan terkait kesiapan dibukanya sekolah secara tatap muka di Ruang Rapat Kantor DPRD Tabanan, Kamis (27/8/2020).
Karena kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Tabanan meningkat, untuk dibukanya sekolah terpaksa ditunda. Bahkan, Tabanan saat ini Tabanan masuk dalam Zona Kuning menuju Zona Orange.
Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, I Gusti Komang Wastana mempertanyakan bagiamana kesiapan terkait dibukanya sekolah mengingat saat ini kasus terkonfirmasi positif justru meningkat di Tabanan. Ternyata, karena kasus masih meningkat terus dan Tabanan masuk zona kuning menuju oranye, sekolah di Tabanan masih belum bisa dibuka secara tatap muka.
“Untuk sekolah masih belum bisa kita buka karena melihat kasus di Tabanan yang semakin meningkat. Apalagi hingga saat ini sudah 254 orang Tabanan yang terkonfirmasi positif, dirawat 62 orang, dan 3 orang dinyatakan meninggal. Nah inilah yang menyebabkan sekolah untuk sementara kita belum buka untuk menghindari terjadinya kluster baru,” kata pria yang akrab disapa Mang Alang usai rapat.
Wastana melanjutkan, ia juga kerap menerima keluhan dan masukan oleh orang tua siswa terkait fenomena yang terjadi masyarakat mengenai sekolah secara daring di masa pandemi ini. Dia mencontohkan, setiap siswa minimal menghabiskan uang pulsa Rp 50 Ribu sebulan, namun itu berlaku hanya untuk orang tua yang memiliki anak satu orang. Dan jika memiliki anak empat orang dan masih duduk di bangku sekolah, praktis dalam sebulan akan mengalokasikan dana Rp 200 Ribu untuk pulsa saja. Sedangkan masyarakat saat ini sedang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena banyak yang dirumahkan dari tempatnya bekerja.
“Sebelumnya kami sudah usulkan, karena ini sesuai instruksi dari Kementerian Pendidikan kepada Dinas Pendidikan daerah terkait subsidi pulsa untuk siswa. Sehingga diharapkan nantinya bisa meringankan beban orang tua juga,” katanya.
Meskipun secara daring, kata dia, pihak Dinas Pendidikan masih bisa memaksimal belajar kelompok untuk kelas rendah untuk tetap membentuk karakternya. Namun, saat pembelajaran kelompok tersebut, kendala yang masih dihadapi adalah masih ada orang tua yang tak mau rumahnya dijadikan tempat belajar, sehingga Wastana sudah menyarankan untuk memanfaatkan fasilitas umum seperti Balai Banjar dan Balai Subak yang sebagian besar sudah disediakan wifi untuk mengantisipasi hal serupa terjadi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, I Nyoman Putra menjelaskan, untuk pemberian subsidi pulsa terhadap peserta didik sudah sempat dikakukan pada triwulan II dan rencana akan diberikan kembali pada bulan Oktober atau triwulan IV. Selain merancang subsidi tersebut, pihak kementrian pendidikan juga sudah bekerjasama dengan provider untuk menyediakan kuota khusus untuk proses belajar mengajar saja. Sehingga, pihaknya ingin memanfaatkan hal tersebut.
“Jika kita berikan pulsa sepertinya agak kurang maksimal karena subsidi pulsa yang kemudian menjadi kuota internet tersebut kemungkinan tak hanya digunakan untuk proses belajar melainkan hal lainnya mungkin seperti game. Nah sehingga, subsidi kuota yang memang khusus untuk proses belajar agar bisa dimaksimalkan,” jelasnya.
Lanjut Putra untuk proses pembelajaran kelompok kelas rendah masih dilakukan seperti sebelumnya. Namun, ia mempertanyakan jaminaan kemanan dan kesehatan jika mengikuti usulan menggunakan tempat umum seperti balai Banjar atau balai subak. Sebab, untuk proses steril dan kebersihannya harus ada yang menyediakan dan butuh biaya. Sehingga, salah satu rumah orang tua siswa menjadi tempat yang paling aman dan nyaman karena memang sebagai rumah tinggal yang dijaga kebersihannya.
“Jadi siapa yang menjamin keamanan jika ruang umum digunakan. Karena menurut kami, jika menggunakan salah satu rumah orang tua siswa adalah pilihan yang paling aman. Rumah warga tersebut lebih memberikan kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan karena memang sudah dijaga oleh warga yang tinggal di rumah tersebut,” tandasnya.(*)