DENPASAR,MEDIAPELANGI.com – Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II tahun 2020 kembali digelar, menampilkan 45 Sanggar/Komunitas/Yayasan seni se-Bali melibatkan 1.000 seniman dan pekerja seni. Isian FSBJ II meliputi: Pawimba (Lomba); Adilango (Pergelaran); Megarupa (Pameran); Timbang Rasa (serasehan); Beranda Pustaka (Bursa Buku); dan Penghargaan Bali Jani Nugraha. Adapun pembukaan digelar pada Tanggal 31 Oktober 2020 melalui daring.
Agenda yang berlangsung sepanjang 31 Oktober 2020 hingga 7 November 2020 ini akan disajikan secara virtual di kanal youtube Disbud Prov. Bali. Festival kali ini mengusung tagar utama #BaliArtsVirtual, di mana seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan melalui media virtual, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan sebagai bagian dari ketentuan pelaksanaan.
Perhelatan FSBJ II 2020 ini terbilang istimewa, bukan hanya karena diselenggarakan di tengah Pandemi COVID-19, namun juga sebagai konsistensi jawaban atas pemberlakuan Perda Nomor 4 tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali yang diundangkan 9 Juli 2020, serta sejalan dengan visi Pembangunan Provinsi Bali 2018-2023: Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru. Gubernur Bali Wayan Koster melalui penetapan regulasi dan penataan program yang terpadu dan berkelanjutan, berkomitmen menjadikan Festival Seni Bali Jani sebagai wahana apresiasi sekaligus upaya membangun ekosistem pemajuan seni modern, kontemporer dan karya-karya inovatif lainnya.
Sejumlah nama penting dan mumpuni hadir sebagai Narasumber Timbang Rasa (Sarasehan) dan Timbang Buku, diantaranya Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Hilmar Farid, jurnalis senior Seno Joko Suyono, Sha Ine Febriyanti, Dr. Tommy Awuy dan lain-lain. Sarasehan juga mengetengahkan topik perihal tata kelola pameran seni virtual, bersama narasumber Dr. Djuli Djati Prambudi dan Drs. Pustanto.
Kurator FSBJ II ini, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, mengungkapkan bahwa Festival kali ini mengusung tajuk utama “Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi”. Ini bermakna semesta kreativitas terkini dalam “mencandikan” jiwa, spirit, taksu, atau ide-ide cemerlang. Kegiatan apresiasi budaya yang digelar pertama kali tahun 2019 ini berfokus pada ragam kesenian modern, kontemporer dan kesenian yang bersifat inovatif.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. Dr. I Wayan “Kun’ Adnyana, format seni virtual ini diharapkan dapat menjangkau seluas-luasnya kemungkinan kreatif, elaborasi dan eksplorasi terkait estetik, stilistik, teknik artistik dan tematik berikut olah wahana atau media (penggunaan berbagai piranti media baru/digital dalam proses dan penyajian).
Format penyelenggaraan festival secara virtual ini, ditegaskan Kun Adnyana, merupakan sebentuk transformasi sosial bagi masyarakat Bali. Ada proses alih pengetahuan dan keterampilan yang terjadi serentak di Bali, yakni terkait proses persiapan dan produksi suatu pementasan karya seni komunal secara daring, termasuk bagaimana cara publik menikmati serta menghikmati sajian tersebut.
“Ini bukan semata festival kesenian, melainkan juga sebuah upaya bersama menjaga optimisme masyarakat di tengah rundungan berita tentang COVID-19. Melalui program seni yang berkesinambungan secara terencana, terkelola, dan terlaksana dengan baik, diharapkan menumbuhkan solidaritas masyarakat agar peduli pada sesama. Sigap tanggap dalam menghadapi kesulitan dan problematik sosial. Seni bukan hanya menghadirkan keindahan, melainkan juga seruan kesadaran, ” ujar Kun.
Di samping itu, kehadiran festival ini dapat menjadi pelebur sekat-sekat antar bidang seni melalui interaksi, dialog. kerja sama dan kolaborasi melalui seni alih media, multimedia maupun transmedia yang bersifat lintas batas, sekaligus kontekstual dengan dinamika kekinian.
Terdapat 8 ragam Pawimba (Lomba) yang dihadirkan pada festival kali ini, yakni Video TikTok Bali Jani (tingkat umum); Musikalisasi Puisi (tingkat umum); Teater Modern (tingkat SMA/SMK); Seni Lukis (tingkat SMP/SLB); Naskah Drama (tingkat umum); Vlog Kuliner Bali Jani (tingkat umum); Artikel Jurnalistik (tingkat umum); dan Karya Cipta Fotografi (tingkat umum).
Pada pembukaan festival melalui kanal daring Youtube Disbud Prov., Bali akan ditampilkan Adilango (Pergelaran) Seni Kolosal bertajuk “Malaikat Pencubit Jiwa”, berupa operet sajian Sanggar Kini Berseri berkolaborasi dengan komunitas seni SMA/SMK. Penutupan FSBJ II disemarakan “Alun Bali Bangkit”, kolaborasi musik “Sanggar Rareangon Sejati” dengan Lolot Band, The Hydrant, Meiska Adinda, Blackstarboys, Avara, Percussion Intrument, dan lain-lain.
Sejumlah komunitas seni terpilih akan turut mempresentasikan karya mereka diantaranya Teater Kalangan, Sanggar Seni Gumiart, Gus Teja World Music, Sanggar Silurbarong, Teater Mini, Komunitas Mahima, Seniman Klungkung Berani (Sekuni), Teater Mandiri, Yayasan Symphony Kasih, Kampung Seni Banyuning, Sanggar Surya Nada Mandala, Komunitas Budaya PRAMUSTI Bali, Sanggar Seni Gita Lestari, Komunitas Seni Musik Candrametu, Bali Experimental Teater (BET), Yayasan Pendidikan Dria Raba (Yapendra), Sanggar Seni Guntur Madu ‘Neo Nolin’, Teater Jineng, dan Komunitas Seni Gede Yudi Production.
Sementara itu khusus Pameran Bali Megarupa serangkaian FSBJ II, dilangsungkan di Agung Rai Museum of Arts (ARMA), Ubud, Bali, sedari 28 Oktober-10 November 2020. Tidak kurang dari 45 perupa dan 1 komunitas mural menampilkan karya berupa mural, video art, seni lukis, serta patung dan karya tiga dimensi lainnya. Pembukaan akan dimaknai Performing Art Candika Jiwa: Melampaui Warna dan Rupa dibawakan Yayasan Bumi Bajra Sandhi dengan sutradara sekaligus koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, Penutupan pada Selasa, 1o November 2020 dimaknai dengan Web Seminar, Candika Jiwa: Melampaui Medium, Ruang dan Waktu.(rls)