DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau yang lebih akrab disapa Cok Ace berkesempatan menjadi narasumber dari Hotel Puri Santrian, Denpasar bersama dengan Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari dari kediamannya dalam wawancara secara langsung oleh KOMPAS TV dalam program Sapa Indonesia Akhir Pekan, pada Minggu (26/9/2021).
Dalam program yang bertajuk “Pariwisata Bali Disiapkan Buka untuk Turis Asing”, Wagub Cok Ace memaparkan bahwa Bali sudah siap menyambut wisatawan mancangera (wisman). Hal tersebut menurutnya dilihat tidak hanya dari faktor internal, namun dilihat juga dari berbagai faktor pendukung yang memungkinkan pembukaan pariwisata Bali untuk wisman dalam waktu dekat.
“Salah satunya kita akan menyambut pergelaran akbar WSBK (World Superbike-red) di Mandalika November mendatang, serta G20 Summit yang rencananya akan digelar tahun 2022 di Bali. Tentu even-even tersebut harus dijadikan momentum agar masyarakat dunia bisa percaya akan kondisi penanganan COVID-19 di Bali telah berjalan baik,” bebernya pagi itu.
Selanjutnya, Wagub yang juga menjabat sebagai ketua PHRI Provinsi Bali ini juga memaparkan berbagai capaian Bali dalam menanggulangi penyebaran virus COVID-19 di Bali. Dari segi kesehatan menurutnya Bali telah menjadi salah satu Provinsi dengan capaian vaksinasi yang paling tinggi di Indoensia. Data terakhir capaian vaksinasi ia menyebut di Bali sudah mencapai hampir 97% untuk vaksinasi pertama dan lebih dari 73% untuk vaksinasi kedua. Ia menambahkan, program vaksinasi akan terus digenjot agar bulan ini atau paling lambat awal bulan depan bisa tuntas baik vaksin dosis pertama maupun kedua.
Untuk fasilitas kesehatan, ia mengaku Bali sudah disiapkan dengan begitu matang. Terdapat sekitar 62 RS rujukan Covid-19 dan 25 laboratorium PCR dengan kemampuan mengetes sampel lebih dari 4.000 per hari. Selain itu, tenaga kesehatan, obat-obatan hingga oksigen juga sudah sangat memadai di Bali.
Perintah, ia melajutkan, juga telah menyiapkan grand design skema wisatawan mancanegara di Bali. “Dalam grand design tersebut mengatur skema wisatawan mulai dari pintu kedatangan, testing, bagi yang positif akan dirujuk ke RS, sementara yang negatif melanjutkan perjalanan ke hotel karantina, skema berwisata hingga keberangkatan ke negara asal,” jelasnya. Untuk menjamin keamanan, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan TNI/POLRI untuk menjaga secara ketat pintu-pintu masuk Bali, baik di bandara maupun pelabuhan. “Sehingga orang-orang yang masuk ke Bali benar-benar steril dan bebas dari COVID-19,” imbuhnya.
Pelaku Pariwisata juga menurutnya telah menyiapkan diri dengan baik apabila pariwisata Bali untuk wisman dibuka. Lebih dari 2.000 hotel, restoran dan destinasi pariwisata sudah mengantongi sertifikat CHSE dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan rencananya 1.200 lagi akan menyusul. Sementara untuk pelaku pariwisata hingga karyawannya juga rata-rata sudah divaksin dosis kedua. “Bahkan saat ini kami tengah menggenjot pemakaian aplikasi pedulilindungi di setiap tempat umum di Bali,” tambah Cok Ace.
Mengenai tempat wisata mana yang duluan akan dibuka, tokoh Puri Ubud ini mengaku awal jadwal vaksinasi massal pada Februari yang lalu, ada tiga zona hijau yang akan dibuka yaitu Nusa Dua, Sanur dan Ubud. “Hal itu ditetapkan karena kita belum bisa mapping ketersediaan vaksin untuk Bali,” singgungnya. Akan tetapi, melihat ketersediaan vaksin yang memadai dan sudah hampir rampung, ia optimis seluruh Bali bisa dibuka untuk wisman.
Melihat perkembangan kasus COVID-19 yang akhir-akhir ini naik lagi di beberapa negara, Cok Ace juga mengatakan kemungkinan akan selektif memilih negara asal wisman. “Kami sudah mencatat beberapa negara berdasarkan length of stay di Bali. Ada sekitar empat negara yaitu Amerika, Inggris, Jerman dan Rusia yang rata-rata tinggal di Bali 2 minggu. Tapi itu juga tergantung regulasi, karena itu kita harus benar-benar menyiapkan,” jelasnya.
Lebih dari itu, Wagub juga mengatakan persiapan internal saat ini benar-benar harus dikebut agar bisa membuka pariwisata Bali, seperti term-term regulasi dalam Permenkumham no 34 tahun 2021. Pemerintah juga menurutnya harus memyiapkan berbagai skenario untuk menghadapi kemungkinan terburuk. “Kita harus siapkan plan A, plan B dan seterusnya. Tentu saja kita tidak ingin seperti negara lain seperti Singapore, yang awalnya sudah mau berdamai dengan COVID-19 namun sekarang menghadapi situasi buruk lagi,” tandasnya.
Sementara Azril Azari mengatakan ini adalah momentum yang sangat baik untuk arah pariwisata Bali ke depan. Ia berharap pemerintah Bali bisa mengambil peluang dan mengarahkan pariwisata Bali salah satunya ke medical tourism. Ini mengingat salah satu kebutuhan dunia, apalagi pasca Pandemi COVID-19. “Kita bia bikin program Hospitel, Hospital dikelola secara hotel. Hal ini sangat marak dilakukan di luar negeri,” jelasnya
Selain itu, ia juga memberikan ancungan jempol untuk penerapan CHSE di Bali. Meskipun penerapan protokol kesehatan sudah tinggi, ia harap pemerintah dan masyarakat jangan lengan jika pariwisata dibuka. “Kita tentu tidak ingin pariwisata menjadi cluster baru penyebaran COVID-19,” imbuhnya. Selain itu ia berharap ke depan melalui pembukaan pariwisata ini, ada hubungan menguntungkan antara Indonesia dengan negara lain. Ia berharap, Indonesia khususnya Bali sudah ‘welcome’ dengan satu negara, namun negara tersebut masih sangat ketat dengan kita.