DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Gubernur Bali Wayan Koster, meluncurkan buku ‘’Ekonomi Kerthi Bali’’: Membangun Bali Era Baru, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya/Art Center, Denpasar, Rabu (20/102021).
Secara khusus buku ini dibedah para pakar yang kompeten, di antaranya, Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa, bersama ekonom Bali Prof. Dr. Drs. I Wayan Ramantha, MM., Ak, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M. dan Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, S.E., M.Si.
Buku tersebut menjelaskan bahwasanya manusia/krama, dan kebudayaan Bali, merupakan tiga unsur utama yang harus dipahami secara komprehensif tentang Bali. Ketiganya menjadi satu-kesatuan tata cara kehidupan krama Bali yang berkebudayaan tinggi.
Disebutkan pula alam Bali terdiri dari lahan pertanian (sawah dan bukan sawah) seluas 353.400 hektar dan lahan bukan pertanian seluas 210.266 hektar, kawasan hutan dengan luas 136.832 hektar (24,3%), yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi, dua taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, dan hutan cagar alam.
Garis pantai yang mengelilingi Pulau Bali dan pulau-pulau kecil lainnya yakni sepanjang 633,2 km yang meliputi delapan Kabupaten/Kota (kecuali Bangli) dan dengan luas laut 9.440 km2.
Pertanian Bali menghasilkan produk yang berkualitas dan sangat terkenal seperti beras bali, salak bali, jeruk bali, kopi bali, kakao, manggis dan anggur. Sedangkan kelautan dan perikanan menghasilkan produk yang berkualitas dan sangat terkenal seperti ikan tuna, cakalang, krapu, udang, kepiting, lobster, cumi-cumi dan berbagai ikan hias serta garam tradisional lokal Bali.
Secara historis dan sosiologis menunjukkan, krama Bali adalah manusia unggul yang berkualitas, integritas, dan loyalitas, dengan nilai-nilai kebudayaan tinggi. Dari sisi kualitas, keunggulan krama Bali itu tercermin dalam potensi yang luar biasa yaitu: rajin, tekun, kreatif, dan inovatif.
Dengan kualitas itu, krama Bali mampu menghasilkan karya-karya berbasis budaya berupa kerajinan rakyat yang kreatif dan inovatif serta bernilai tinggi, sehingga menarik perhatian masyarakat dunia.
Kebudayaan merupakan sumber daya utama, penting dan strategis, yang dimiliki Bali. Keseharian, krama Bali dengan budayanya yang unik, senantiasa menampilkan kontur budaya lokal dan semua itu menunjukkan bahwa perjalanan Bali melewati alur sejarah yang panjang.
Indikasi itu dapat dilihat dari sekian banyak temuan arkeologis di berbagai wilayah di Bali yang menceritakan masa lalu perjalanan panjang. Kehidupan budaya krama Bali juga tercermin dalam pertanian berupa sistem subak sebagai manifestasi dari filosofi nilai-nilai kearifan lokal sad kerthi.
Hal ini merupakan suatu kearifan lokal dengan budaya sangat tinggi sehingga dikagumi dunia. Subak sebagai suatu sistem pertanian budaya Bali mendapat pengakuan dan pelindungan dari UNESCO sebagai Warisan Dunia (World Heritage).
Masyarakat dunia, bahkan pemimpin dunia, memberi sebutan untuk Bali yaitu the island of Gods (Pulau Dewata), the island of thousand temples (Pulau Seribu Pura), the morning of the world (Mentari Pagi di Pulau Bali atau paginya dunia), the paradise island (Pulau Surga), the last paradise (Surga Terakhir di Bumi), dan the island of love (Pulau Cinta).
Alam, krama, dan Kebudayaan Bali, yang sangat kaya, unik, dan unggul secara historis dan tradisi turun-temurun, sesungguhnya merupakan sumber daya perekonomian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat setempat.
Sejak tahun 1930-an, kekayaan, keunikan, dan keunggulan kebudayaan Bali dalam berbagai karya seni di Ubud, menjadi daya tarik masyarakat dunia.[*]