DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster mengatakan bahwa pada era digital saat ini, berbagai hal bidang kehidupan secara mudah dapat diakses melalui gawai, kapan saja dan di manapun. Terlebih era pandemi, makin mendorong masyarakat akrab dengan dunia digital.
Namun di sisi lain, juga mengharuskan masyarakat mesti cakap digital dan mewaspadai dengan segala informasi yang disuguhkan.
Demikian disampaikan Ny. Putri Koster saat menjadi narasumber pada acara Bahtera “Bahagia dan Sejahtera” bertema Keluarga Tanggap dan Paham Digitalisasi, di Stasiun TVRI, pada Rabu (27/10/2021).
“Digitalisasi seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi kian memudahkan segalanya, apapun bisa dilakukan dan terkoneksi dengan yang lain di manapun Anda berada. Namun, ada sisi lain yang wajib dipahami juga oleh warganet. Ketika media sosial memberi kemudahan berbagi informasi, masyarakat dituntut untuk bijak dalam menyebarkan informasi, jangan sampai berita tanpa fakta atau hoaks tersebar melalui jari-jari Anda tanpa disadari. Atau bahkan membocorkan data pribadi sendiri di media social,” tuturnya.
Oleh karena itu, menurut Ny. Putri Koster, penting memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana cara memanfaatkan teknologi dengan baik, benar, dan aman tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
“Dari dua mata sisi dampak teknologi ini, tentu kita harus menjadi orang yang cerdas berteknologi, dan bijak menggunakan jari dalam berinteraksi di media social. Jangan sampai yang kita lakukan dapat merugikan diri sendiri, ” ujar Ny. Putri Koster.
Lebih lanjut, Ny. Putri Koster mengatakan bahwa masyarakat dalam lingkup terkecil yaitu keluarga memiliki peran penting dalam pemanfaatan perkembangan teknologi. Sebagai orang tua yang mendampingi anak-anak di era digital ini, harus juga sama-sama belajar, sehingga para orang tua dapat mendidik anak-anak mereka agar berteknologi secara bijak.
“Terutama bagi mereka yang masih pemula di dunia digital, anak usia sekolah dan remaja. Golongan ini mesti pandai-pandai dalam memilah dan menyebarkan informasi, cerdas dalam memilih akun yang diikuti. Jangan sampai bermedia sosial justru mengganggu kesehatan mental,” kata Ny. Putri Koster.
Dalam kesempatan itu, Ny. Putri Koster juga memberikan sejumlah tips dan kiat saat menggunakan media sosial, Pertama, Ny. Putri Koster mengingatkan masyarakat agar menjaga data pribadi dan privasi. Satu hal utama ketika memulai media sosial adalah menjaga data pribadi dan privasi.
“Hal ini sangat penting karena kita tidak ingin data diri yang tanpa sengaja terunggah dipakai orang lain untuk melakukan penipuan atau hal-hal lain yang tidak kita inginkan. Banyak kasus pencurian identitas yang bermula dari masyarakat membagikan data diri di media sosial seperti maraknya foto KTP yang disalahgunakan untuk pinjaman online tanpa sepengetahuan yang punya,” terang Ny. Putri Koster.
Kedua, lanjut dia, waspada dan jangan asal percaya. Menurutnya, sikap waspada dan tidak asal percaya apa yang diunggah atau disampaikan orang lain juga mesti ditanamkan saat bermedia social. “Kita tidak tahu apakah sebuah informasi itu benar atau tidak tanpa menelusuri sumbernya. Meski sebuah info sudah banyak dibagikan dan menjadi viral, bukan berarti informasi itu lantas menjadi benar. Kecuali sudah ada konfirmasi dari pihak-pihak yang disebutkan dalam informasi tersebut,” jelas Ny. Putri Koster.
Ketiga: Jaga etika perilaku berbahasa dan berkomunikasi. “Dimana Kita tidak tahu latar belakang setiap orang, untuk itu perlunya menjaga etika berbahasa dan berkomunikasi ketika sedang di jagad maya. Hindari kata-kata yang tidak pantas dan menyinggung orang lain, karena undang-undang mengawasi dan jejak digital tidak akan hilang,” ujarnya.
Keempat, manfaatkan sisi positif media sosial saja. “Media sosial punya banyak sisi positif di antaranya menjalin silaturahmi, memamerkan jualan/dagangan kita, menemukan jejak teman lama dan lainnya. Hanya manfaatkan media sosial untuk hal-hal positif saja,” sarannya.
Kelima: telusuri fakta. Ia mengingatkan bahwa jangan sampai ketika bermedia social, justru menjadi penyebar berita bohong alias hoaks. “Ada baiknya Anda telusuri fakta sebelum menyebarkan hal-hal yang tidak dipahami di media sosial. Sebaliknya, saat menerima informasi yang terasa aneh dan janggal, telusuri dulu kebenarannya. Jangan menelan informasi secara bulat-bulat, filter dan telaah,” ujarnya.
Keenam: Filter akun-akun yang diikuti di media social. Menurutnya, hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. “Kita acapkali ‘silau’ dengan kehidupan orang lain yang kita lihat di medsos, dan membandingkannya dengan kehidupan kita. Padahal, semua yang tampil di medsos hanyalah kulit luar yang tidak kita ketahui isi sebenarnya. Mengatasi hal itu, ikutilah akun-akun bermanfaat, menghibur, atau kredibel yang justru bisa menambah wawasanmu. Jauhi akun-akun yang sekiranya toxic dan tidak memiliki kegunaan apapun,” tuturnya.
Selanjutanya, Ny. Putri Koster juga berpesan agar agar masyarakat tidak mengekploitasi anak-anak untuk mencari keuntungan di media sosial, seperti memanfaatkan anak-anak untuk berperan dalam video-video yang tidak sewajarnya. Dan hal tersebut tentunya menyalahi aturan hukum yang berlaku.
Dalam dialog tersebut juga hadir narasumber lain, yaitu Kasubdit V, Ditreskrimsus Polda Bali AKBP Gusti Ayi Putu Suinaci.[*]