Lebih lanjut, Ida Pandita yang saat walaka bernama Putu Setia ini bertanya sangat filosofis. Ia bertanya mengapa kita lahir menjadi manusia dan tidak menjadi cacing tanah, atau ular yang berbisa.
Menurut Mpu Jaya Prema, jawaban atas pertanyaan itu bisa ditemukan dalam Kitab Sarasamuscaya Sloka 4 yang artinya menyebutkan, menjelma menjadi manusia adalah sungguh-sungguh utama; karena hanya menjadi manusia dapat menolong diri kita dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik.
“Jadi, tatkala kita lahir menjadi manusia, pada hakikatnya kita menebus dosa-dosa masa lalu sesuai karma yang kita perbuat dalam kehidupan terdahulu,” ungkapnya.
Bisa saja, kata dia, terlahir miskin, selalu kekurangan, selalu mendapatkan masalah. “Namun semuanya harus kita jalani dengan baik dan selamat sampai mendapatkan kematian yang utama,” kata Mpu Jaya Prema.
Menurut mantan wartawan Tempo ini, kalau kita putus asa dengan cobaan hidup yang diberikan pada kelahiran sekarang ini lalu kita menempuh jalan pintas dengan bunuh diri, maka kita kembali ke alam akhirat dengan hukuman yang jauh lebih berat. Yakni alam kegelapan yang bisa beratus-ratus tahun.
“Dengan demikian, seperti yang disebutkan dalam Kitab Sarasamuscaya, pergunakan lah sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia. Kesempatan yang sungguh-sungguh sulit diperoleh. Yang merupakan tangga ke alam sorga,” beber dia.
Menurut Mpu Jaya Prema, bunuh diri hanyalah menyia-nyiakan kesempatan. Bunuh diri adalah satu dari tiga jenis kematian menurut Hindu. Meski kematian itu sudah kehendak Tuhan, lanjut dia, namun mati yang utama adalah yang terbaik.