TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Ketog Semprong Syawalan Akbar 1443H / 2022 dijadikan momentum untuk meningkatkan harmoni antar umat beragama oleh warga Candikuning II dengan menggelar tradisi megibung sagi.
Untuk memeriahkan tradisi megibung sagi ini, ratusan warga berkumpul di lapangan Kebun Raya Eka Karya Bali di Desa Candukuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali, Senin (9/5/2022)
Ini merupakan kearifan lokal milik kampung islam Candikuning, di mana tradisi ini adalah untuk momentum kupatan atau ketupat lebaran menjadi salah satu tradisi yang harus dilakukan usai Lebaran.
Lebaran ketupat merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan setelah hari raya Idul Fitri.
Tradisi ini biasanya dilakukan sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia khususnya warga di Kampung Muslim, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan dengan berkumpul dengan keluarga setelah mudik dan bertemu kembali dengan menggelar tradisi megibung sagi. Kemudian makanan digabung dan disantap secara bersamaan dengan duduk melingkar.
“Tradisi Ketog Semprong Syawalan Akbar 1443H dengan megibung sagi, doa selamat, pentas seni yang sangat disakralkan oleh warga Muslim Candikuning kesenian Rudat, Qasidah dan Hadrah yang menjadikan kearifan lokal Candikuning,” ungkap Kepala Kewilayahan Candikuning II Ariel Azkacetta, Senin (9/5/2022).
Menurut Ariel megibung sagi isinya diantaranya ada nasi, daging, ikan, sayur dan rempah. Tradisi ketog semprong ini sudah ada sejak dahulu atau turun temurun.
Namun, baru belakangan ini sekitar tahun 2014 lalu dirangkai menjadi seperti festival atau digelar dengan tampilan lebih meriah.
Tujuannya adalah untuk merajut tali silahturahmi, berkumpul, bercerita, dan sebagainya setelah mudik ke masing-masing tempat keluarganya.
Tak lupa, sebagai wujud tolerasi umat beraga di Kecamatan Baturiti Tabanan, pihak prajuru juga melibatkan krama bali di sekitarnya.
Selain itu yang diundang, para nyama Bali ini juga ikut berkolaborasi dan mementaskan kesenian daerah.
“Kalau saat ini, ada juga warga dari luar Candikuning juga seperti Denpasar, Badung, Buleleng, Klungkung dan Karangasem. Mereka memang datang ke lokasi ketika mengetahui bahwa digelar tradisi ini,” ungkapnya.[mp]