BADUNG, MEDIAPELANGI.com – Indonesia memiliki keberagaman budaya benda dan juga tidak benda. Budaya benda yang tertuang ke atas sebuah objek tentu saja dijadikan karya berkualitas yang hingga saat ini wajib dilestarikan oleh generasi di daerahnya masing-masing.
Karya unik, karya berkualitas dan bernilai tinggi sebagian besar dituangkan diatas kain dan menjadi karya seni yang berfilosofi sesuai daerah asalnya, yang kemudian karya ini kita kenal sebagai wastra.
Wastra sebagai warisan nenek moyang hadir sebagai bagian dari perkembangan budaya masyarakat. Keragaman Wastra Indonesia sangatlah kaya baik itu dari pilihan warna, motif, filosofi bahkan proses pembuatannya.
Wastra Indonesia adalah kain tradisional yang sarat akan budaya nusantara dimana masing-masing memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dari simbol, warna, ukuran hingga material yang digunakan sesuai dengan daerah asalnya.
“Dan Bali adalah salah satu daerah dengan etnis tradisi yang memiliki sejarah dan budaya yang kuat tentang wastranya. Sebagai bentuk peningkatan budaya di Bali, wastra harus di dorong melalui perajin dan UMKM sehingga mampu memiliki nilai yang tinggi secara nasional ataupun internasional ditengah perubahan teknologi yang pesat. Untuk melestarikan keberadaan wastra dari kepungan teknologi, masyarakat Bali wajib untuk turut serta menjaga dan melestarikan budaya yang dirangkai menjadi wastra ini.
Untuk menjaga pelestarian wastra di Bali, Saya selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali bertugas memberikan edukasi sekaligus pengawasan terhadap perkembangan dan pelestarian budaya di Bali, contohnya saya mengajak seluruh perajin UMKM di Bali untuk mulai menenun dengan bahan yang berkualitas, motif khas dari daerahnya sehingga nantinya akan menentukan harga jualnya,” jelas Ny. Putri Koster.
Ditambahkannya, wastra atau yang biasa kita kenal dengan kain tenun tradisional, baik itu songket, kain endek, kain gringsing dan endek rangrang yang dikerjakan oleh perajin lokal harus juga digunakan oleh warga yang ada disekitar pembuat kain tenun tersebut. Karena prinsip ekonominya adalah diciptakan oleh warga lokal, dijual oleh warga lokal (sekitar) dan digunakan juga oleh warga setempat.
Dari sanalah akan tumbuh perputaran ekonomi kecil, yang kemudian nantinya tentu akan mengalami perkembangan ketika kain tenun yang digunakan secara internal tersebut juga dapat menarik mata luar untuk membelinya, sehingga perputaran ekonomi akan semakin meluas dan melebar,” imbuh Ny. Putri Koster.
Untuk melestarikan kebudayaan daerah, kita harus menjaga budaya dan seni yang kita miliki. Jangan sampai kita membunuh diri sendiri dengan cara menggunakan produk buatan luar dan kemudian kita jual di daerah kelahiran kita. Ini secara perlahan akan mematikan perajin adat produsen secara perlahan, dan menyebabkan perekonomian secara pelan juga akan padam dan tidak mampu bertumbuh dengan baik.
Dalam kesempatan itu, Putri Koster mengungkapkan bahwa perajin kain tradisional Bali baik kain endek, kain gringsing, maupun kain songket omset penjualannya meningkat di masa pandemi ini. Hal itu tidak terlepas dari upaya Dekranasda Provinsi Bali bekerjasama dengan instansi terkait lainnya, memberikan ruang para perajin ini menampilkan karyanya dalam Pameran IKM Bali Bangkit di Taman Budaya Bali di Denpasar.
Menurut Ny. Putri Koster, dia melakukan langkah yang paling kecil melalui Pameran IKM Bali Bangkit. “Jadi ini diberi ruang oleh Bapak Gubernur Bali Wayan Koster, disitu kami juga memberi ruang kepada perajin untuk berpameran. Disini kami saling mendukung,” ujarnya.
Ny. Putri Koster mengaku terharu, karena sebelum pandemi para perajin sulit memasarkan produk mereka, tapi saat pandemi dan diberi ruang berpameran, omzet para perajin tembus miliaran. Di tahun 2021, lanjut dia, perajin di masa sepi itu omzetnya hampir Rp20 miliar selama setahun.
Untuk membantu bertumbuh dan berkembangnya UMKM/IKM di Bali, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster bekerja sama dengan perbankan dan perajin serta pengusaha untuk melibatkan mereka dalam E-Marketplace (balimall.id) untuk memasarkan produk kerajinan mereka secara online, dan bisa dibuka oleh seluruh masyarakat dunia. Sehingga pemesanan kain atau produk kerajinan lokal Bali dapat dilakukan dengan online.
“Penguasaan teknologi itu penting bagi kita semua, agar transaksi jual beli tidak hanya membutuhkan waktu untuk bertatap muka langsung melainkan dapat dilakukan secara online juga. Selain lebih praktis, pemesanan online juga memudahkan pembeli dan penjual dalam menjaga kesehatan. Kita belajar dari virus Covid-19 yang hingga saat ini belum juga berakhir, agar kita tetap menjaga jarak namun juga mampu menjaga keseimbangan ekonomi daerah kita masing-masing,” kata Ny. Putri Koster.
Ketua Bidang Promosi dan Humas Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Maria Anna Plate juga mengatakan perekonomian masyarakat harus terus di support oleh Dewan Kerajinan Nasional dan membutuhkan kurasi yang tepat untuk dapat menembus internasional. “Masyarakat perlu diperkenalkan secara luas untuk dapat memahami proses produksi yang tidak sederhana, namun sarat dengan nilai filosofi yang tinggi, sehingga pemulihan ekonomi nasional dapat dilakukan secara menyeluruh oleh komponen bangsa Indonesia. Dan berharap melalui kegiatan Digitalk ini dapat memberi motivasi untuk kreativitas yang lebih tinggi dan meningkatkan kecintaan pada budaya bangsa.
Sebagai Keynote Speaker Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, Usman Kansong dengan menghadirkan lima narasumber, yakni Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster, Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho, Perempuan Indonesia Maju Lana T. Koentjoro, Pemilik Batik Trusmi Sally Giovanny, dan SME Sales Channel Blibli.com Angger Alfi Zakki.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Kemkominfo, Septriana Tangkary, mengatakan bahwa populasi di Indonesia penggunaan internet di Indonesia sebanyak 277,7 juta. Dari jumlah itu, pengguna ponsel sebanyak 370,1 juta, pengguna internet dan pengguna media sosial 191,4 juta. “Ini potensi yang sangat besar dimiliki bangsa Indonesia dalam memberikan layanan secara online,” ujarnya.
Usman Kansong menegaskan, Kementerian Komunikasi dan Informatika selalu mendukung setiap langkah dan program kerja Dewan Kerajinan Nasional atau Dekranas sebagai ex officio sudah menjadi tugas Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian komunikasi dan Informatika untuk mensosialisasikan dan mempublikasikan dalam hal preservasi produk kerajinan budaya nasional termasuk kain wastra atau wastra tenun.
Dikatakannya lagi bahwa Kain tradisional wastra memiliki keragaman yang kaya baik dari segi warna motif material maupun filosofi, sehingga proses pembuatannya legacy budaya ini diwariskan secara turun-temurun di beberapa daerah di Indonesia yang kental untuk tradisinya termasuk salah satunya di Provinsi Bali.[*]