TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Dalam tradisi masyarakat Hindu khususnya di Bali, upacara Pitra Yadnya (Ngaben) merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap masyarakat untuk menyucikan roh orang atau kerabat ataupun keluarga yang meninggal. Salah satu inovasi untuk lebih menghemat biaya, Ngaben Bersama saat ini kian marak dilakukan khususnya di Kabupaten Tabanan dengan tujuan untuk meringankan beban masyarakat.
Pemkab Tabanan selalu mendukung kegiatan Ngaben Bersama yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Adat Pupuan dan Desa Adat Pempatan, Kecamatan Pupuan, serta Desa Adat Tegaljadi, Kecamatan Marga, mendapat apresiasi dari Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya sekaligus menghadiri langsung kegiatan di Tiga Desa yang terletak di Dua Kecamatan tersebut, Senin, (22/8).
Bupati Sanjaya yang saat itu didampingi salah satu anggota DPR RI, beberapa anggota DPRD Tabanan, Asisten III, OPD terkait, Pokli, Camat dan unsur Muspika Kecamatan, Perbekel serta Bendesa Adat setempat, mengaku sangat bahagia bisa hadir menyaksikan kegiatan yang dilakukan masyarakat. “Terimakasih atas sambutannya dan saya bisa bertatap langsung dengan masyarakat disini dalam pelaksanaan kegiatan Pitra Yadnya Ngaben Bersama yang sudah kian marak sekali di lakukan di Kabupaten Tabanan,” ujar Sanjaya.
Hal ini dipandang Sanjaya bukan hanya mampu meringankan beban masyarakat, tetapi mampu menumbuhkan bahkan memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat dengan mengedepankan semangat gotong-royong. Sehingga, sangat sejalan dengan visi Pemkab Tabanan di bawah kepemimpinan Bupati Sanjaya dan Wabup Edi, yakni “Nangun Sat Kerti Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana di Kabupaten Tabanan menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani (AUM)”.
Tidak surut-surut, selaku Kepala Daerah, Sanjaya memberikan apresiasi, penghargaan yang setinggi-tingginya kepada masyarakat yang telah membangun karya dengan konsep yang baik serta mempunyai tujuan mulia meringankan beban masyarakat. “Saya sangat salut dan memberikan apresiasi karena masyarakat bisa mengorganisir upacara, upakara ini, duduk bersama satu maksud dan tujuan. Walaupun kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua yang mencerminkan Bhineka Tunggal Ika. Ini sangat luar biasa sekali,” puji Sanjaya.
Bahkan, selama memimpin Tabanan mulai dari menjadi Wakil Bupati hingga sekarang menjadi Bupati, Sanjaya telah menghadiri ratusan bahkan ribuan pelaksanaan Ngaben bersama yang diselenggarakan oleh masyarakat di seluruh Tabanan. Dimana di setiap tempat, masyarakat memiliki perarem Adat juga tradisi yang berbeda-beda namun tetap mengedepankan kekompakan. Untuk itu, Sanjaya meminta agar persatuan dan kesatuan itu tetap dipertahankan karena hal itu merupakan salah satu kunci sukses dalam pembangunan.
Sesuai data di lapangan, Ngaben Bersama di Desa Adat Pupuan mencakup 5 Banjar Adat yang menyertakan 146 Sawa dengan biaya Rp. 4 Juta masing-masing Sawa, kemudian Ngelungah 21 dan Ngerapuh 51 dengan biaya Rp. 300 Ribu dan Rp. 250 Ribu. Di Desa Adat Pempatan, kegitan dirangkaikan dengan Upacara Manusa Yadnya Metatah, dimana diikuti oleh 42 Sawa dengan biaya Rp. 1,7 Juta per sawa, Ngelungah 10, Ngerapuh 15 dan Metatah diikuti oleh 81 orang. Begitupun dengan Ngaben Bersama di Desa Adat Tegaljadi, kegiatan dirangkaikan dengan upacara Metatah Bersama, dimana kegiatan diikuti oleh 24 Sawa, Nyekah 3, Ngelungah 3, Ngelangkir 10 dan Metatah 23 orang.
Selebihnya, Bupati Sanjaya juga berharap, agar masyarakat selalu melaksanakan kegiatan dengan kebersamaan karena sejatinya pembangunan yang utama adalah pembangunan yang dilaksanakan atas persatuan dengan semangat gotong-royong serta rasa tulus ikhlas dari masyarakat. “Kalau masyarakat sudah saling asah, asih, asuh, saling gotong-royong seperti ini dengan Pemerintah, saya yakin visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana di Kabupaten Tabanan menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani, tetintegrasi dari hulu sampai hilir,” imbuh Sanjaya.
Di kesempatan itu, seluruh masyarakat melalui Bendesa Adat masing-masing, mengucapkan terimakasih atas kehadiran dan dukungan Bupati beserta jajaran. Menariknya, di Desa Adat Tegaljadi menurut Bendesa Adat Gede Rai Santika, mempunyai peraturan bersama terkait Pengabenan. “Di Desa Tegaljadi sudah memiliki perarem, yang pertama, Ngaben Bersama ini tidak boleh dilaksanakan di Krematorium karena sudah memiliki Setra (Kuburan Adat). Masyarakat yang melakukan Pengabenan secara pribadi tetap diperbolehkan, namun kena sanksi batu-batu seharga 1 Kwintal Babi,” ujarnya.
Dimana, uang hasil batu-batu tersebut, jelas Rai, kemudian dikumpulkan dan dimasukan dalam kas Desa Adat yang nantinya dipakai untuk kegiatan Adat, seperti Ngaben Bersama saat ini. Dengan demikian, masyarakat yang melaksanakan Ngaben secara pribadi tersebut turut berdonasi dalam Ngaben Bersama tersebut. Pihaknya juga menyampaikan terimakasih atas kedatangan Bupati beserta jajaran sebagai wujud bakti kepada masyarakat dan berharap Bupati dan jajaran selalu memperhatikan masyarakat dalam membangun. [*]