MEDIAPELANGI.com – Walau kuliner identik dengan Kota Palembang, Sumatera Selatan, hampir semua orang Indonesia pernah mencicipi pempek. Olahan campuran tepung dan ikan yang dimakan menggunakan kuah cuko khas Palembang ini menjadi kudapan atau makanan favorit masyarakat Indonesia.
Saat ini, Anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke Palembang untuk bisa menikmati cita rasa pempek yang otentik. Di Blibli, Anda bisa menemukan beragam merek pempek populer dengan jaminan cita rasa otentik. Bahkan di sepanjang Promo Produk Murah Blibli, Anda bisa mendapatkan diskon pembelian.
Kendati Anda mungkin sudah sangat akrab dengan cita rasa sajian pempek khas Palembang, tapi bisa jadi Anda belum pernah tahu bagaimana sejarah pempek bisa hadir dalam khazanah kuliner nusantara.
Untuk lebih mengenal salah satu makanan khas nusantara ini, berikut ulasan awal mula kemunculan pempek, serta perjalanan kuliner ini sehingga bisa dikenal di seantero wilayah Indonesia bahkan dunia.
Sejarah pempek
Dikutip dari laman kompas.id, Ketua Lembaga Komunitas Batang Hari Sembilan dan anggota Tim Pengusulan Pempek sebagai Warisan Dunia Vebri Al Lintani mengatakan awalnya pempek dikenal bernama kelesan.
Pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam yakni medio 1659-1823, kelesan merupakan makanan jamuan sultan yang hanya bisa dinikmati oleh keluarga dan para tamu sultan kala itu.
Lalu kemudian pada era kolonialisme di akhir medio 1800-an atau awal 1900-an, resep kelesan mulai tersebar di kalangan masyarakat. Kelesan dibuat menggunakan bahan campuran tepung sagu dan ikan sungai yang dikukus. Kelesan pun mulai dijual dari rumah ke rumah.
Penjual kelesan paling banyak kala itu adalah pemuda China yang berada di Palembang.
Ketika itu, Palembang banyak dihuni orang China, terutama anak buah kapal armada Laksamana Cheng Ho yang tidak kembali ke negara asal mereka.
Para pemuda asal China ini kerap dipanggil dengan sebutan apek. Nah, para apek inilah yang menjajakan kelesan dari tempat satu ke tempat lainnya. Setiap orang yang ingin membeli kelesan akan memanggil apek atau pek-pek.
Vebri mengatakan semakin ke sini, penyebutan pek-pek pun berubah menjadi pempek. Akhirnya masyarakat lebih mengenal kelesan dengan nama pempek. Istilah pempek sendiri diyakini baru mulai populer pada tahun 1920-an.
Dengan karakter masyarakat Sumatera Selatan yang menggemari menu makanan olahan hasil perairan, baik itu sungai ataupun laut, pempek berkembang dengan cepat menjadi panganan favorit masyarakat di wilayah ini.
Setelah kemerdekaan Indonesia, di tahun 1950-an, pempek mulai menyebar dan dijajakan di wilayah Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Program transmigrasi di era Presiden Soeharto pun turut andil dalam penyebaran pempek ke wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Seiring perkembangan zaman, varian pempek terus berkembang sehingga memunculkan sejumlah variasi dengan penamaan yang berbeda-beda.
Peneliti muda Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), Sumatera Selatan, Efrianto A, mengatakan saat ini setidaknya terdapat 22 varian pempek yang diolah dengan cara dikukus, direbus, digoreng, dan dibakar. Varian pempek yang paling terkenal di Indonesia adalah pempek lenjer dan kapal selam yang didalamnya terdapat telur ayam/bebek.
Pempek sebagai makanan khas Palembang saat ini menjadi menu oleh-oleh utama pilihan para pelancong yang mengunjungi Kota Palembang. Berdasarkan catatan media Kompas, dalam sehari sekitar 7 ton pempek dikirim dari Palembang ke seantero wilayah di Indonesia.
Hasil akulturasi budaya
Dalam buku Makanan: Wujud, Variasi, dan Fungsinya serta Cara Penyajiannya pada Orang Palembang, Daerah Sumatera Selatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), karya Latifah Ratnawati dkk, pempek telah menjadi lambang dari keterbukaan masyarakat Palembang.
Walau diyakini lahir dari dapur Kesultanan Palembang Darussalam, atau bahkan ada meyakini pempek sudah ada dari era Kerajaan Sriwijaya, keberadaan pempek tak terlepas dari akulturasi antara budaya Melayu dan China.
Dalam berbagai catatan sejarah pasukan dari armada Laksamana Cheng Ho yang sempat berlabuh di Palembang banyak menularkan inspirasi kepada warga setempat, terutama dalam bidang kuliner, antara lain pengolahan ikan.
Adapun cuko atau kuah pempek sangat sarat dengan perpaduan budaya antara Melayu dan Jawa. Pasalnya cuko berbahan gula merah. Sementara makanan berbahan gula, baik itu gula pasir maupun gula merah, baru dikenal masyarakat Melayu setelah terpapar pengaruh budaya kuliner Jawa.
Bagaimana? Jika dengan membaca ulasan sejarah pempek ini Anda semakin ingin menikmati cita rasa otentik pempek khas Palembang, segera akses Blibli untuk membeli bermacam varian pempek asli Palembang! Cukup tunggu di rumah, pempek asli Palembang akan datang ke pintu rumah Anda.