GIANYAR, MEDIAPELANGI.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menjelaskan keteguhan Ayahanda Tjokorde Gde Sukawati dalam melestarikan adat dan budaya Bali, bahkan di tengah gempuran modernisasi.
Hal itu disampaikannya saat menerima tim verifikasi Penilaian Akhir Calon Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2022 Tjokorde Gde Agung Sukawati oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bertempat di Puri Agung Ubud, Ubud, Gianyar, pada Kamis (20/10).
Ia mengatakan, di tengah gempuran modernisasi, di mana perekonomian Bali pada saat itu beralih dari sektor pertanian ke pariwisata, namun Alm. Tjokorde Gde Sukawati teguh serta berpegang teguh bahwa kedua sektor itu harus berjalan. “Beliau sangat percaya, adat dan budaya Bali adalah taksu Bali yang akan tetap menjaga,” tuturnya.
Bahkan ditambahkannya, Almarhum sangat akrab dengan berbagai kalangan masyarakat, seperti pejabat dan petani. Hal itu menurutnya sebagai bukti bahwa Almarhum sangat ingin agar Bali bisa menjadi modern tanpa harus meninggalkan karakternya melalui mengharmoniskan pariwisata dan kebudayaan.
Adapun harapan ke depan Almarhum adalah Bali tetap menjadi diri sendiri walaupun sudah terkenal hingga dunia mancanegara. Bahkan saat masyarakat sudah terbiasa dengan kehidupan modern, namun adat istiadat di Bali harus tetap lestari dan tidak ditinggalkan. “Hal itu sangat sesuai dengan visi misi Pemprov Bali saat ini, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang juga sangat sejalan dengan motto hidup beliau yaitu Yadnya, tiada hari tanpa Yadnya karena itu juga salah satu hal yang menjaga Bali,” tutupnya.
Sementara Tjokorda Gde Putra Sukawati, penglingsir Puri Saren Ubud dan juga merupakan salah satu putra dari Tjokorda Gde Agung Sukawati serta kakak kandung Wagub Cok menjelaskan kepada rombongan mengenai jasa dan upaya yang dilakukan oleh ayahnya untuk memajukan seni, tradisi serta pariwisata Bali.
Tjokorda Gde Agung Sukawati dinilai berjasa memajukan pariwisata dengan memperkenalkan kebudayaan Bali kepada wisatawan dengan membuka lebar pintu puri kepada wisatawan asing. Disamping itu ia dan kakaknya, Tjokorda Gde Raka Sukawati serta beberapa sahabat seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet dan I Gusti Nyoman Lempad mendirikan perkumpulan seni yang diberi nama Pita Maha yang bertujuan untuk menjembatani seniman-seniman barat dan seniman-seniman Bali di Ubud.
Rombongan dilanjutkan dengan meninjau Museum Puri Lukisan yang didirikan oleh Raja Ubud saat itu Tjokorda Gde Agung Sukawati bersama dengan sahabatnya Rudolf Bonnet. Museum Puri Lukisan selesai dibangun dan dibuka untuk umum pada tanggal 31 Januari 1956 serta diresmikan secara langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Yamin.
Anugerah Kebudayaan Indonesia adalah program apresiasi/penghargaan tahunan di bidang Kebudayaan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kepada individu, kelompok, dan/atau lembaga yang berkontribusi, berprestasi dan berdedikasi tinggi terhadap upaya Pemajuan Kebudayaan (Pelindungan, Pengembangan, Pembinaan dan Pemanfaatan) Indonesia. Program ini adalah bentuk komitmen pemerintah terhadap Pemajuan Kebudayaan dalam rangka pembangunan jati diri dan penguatan karakter bangsa Indonesia. Adapun tim penilai pada pagi itu selain mewawancarai pihak keluarga, juga melakukan verifikasi karya-karya Alm. Tjokorde Gde Sukawati serta meninjau beberapa tempat yang didirikannya demi melestarikan adat, budaya Bali serta memperkenalkan Bali ke dunia internasional.