DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Permasalahan ketenteraman dan ketertiban umum merupakan bagian esensial dalam kehidupan masyarakat kita di Pulau Bali ini. Jaminan kenyamanan masyarakat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat merupakan bagian penting yang harus diatur secara tegas oleh peraturan yang ada di seluruh tingkat pemerintahan dari pusat hingga daerah.
Jika ditelaah satu persatu, ada banyak komponen yang harus dimasukkan ke dalam produk peraturan yang mengatur masalah ketenteraman dan ketertiban mum. Terlebih lagi, Bali sebagai destinasi wisata internasional tent memiliki tanggungjawab khusus untuk mengatur kenyamanan aktivitas masyarakat baik itu masyarakat local maupun masyarakat internasional yang datang berkunjung. Sebagai lembaga pemerintah yang memiliki mandat dalam penegakan peraturan daerah membuat Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Provinsi Bali harus dengan cerdas menyusun strategi untuk membangun kapasitas personilnya.
Bentuk-bentuk sinergi dengan lembaga pemerintahan lain atau dari lembaga non-pemerintah sendiri menjadi solusi untuk melakukan akselerasi terukur dalam membentuk sumber daya yang berkompeten. Hal ini tidak hanya berlaku di tingkat Provinsi namun juga harus diperkuat di tingkat Kabupaten/Kota sebagai sistem yang terintegrasi. Berdasarkan fakta inilah, maka bentuk kolaborasi dan sinergi dilakukan oleh Satan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali dengan menggandeng Yayasan BAWA dalam kegiatan Workshop Penguatan Kapasitas Aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kota Se-Bali.
Workshop ini dimaksudkan untuk memastikan produk-produk hukum berikut dengan pola penegakan peraturan daerah yang berkaitan dengan penanganan hewan dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai kesejahteraan hewan. Workshop in mengambil tema “Upaya Penegakan Peraturan Daerah Terkait Ketertiban Umum yang Berwawasan Animal Welfare”, yang dalam hal ini memang mengangkat isu hewan secara menyeluruh namun secara soesifik juga membahas kaitannya dengan penanganan rabies dan peredaran daging anjing.
Kolaborasi dengan Yayasan BAWA in sebenarnya dilakukan untuk memastikan wacana dan logika berpikir yang menjadi dasar pemikiran dari aparat Satan Polisi Pamong Praja, dan pihak Yayasan sendiri menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung proses kegiatan ini. Kegiatan workshop ini dilakukan di Hotel Vasini pada tanggal 21 Februari 2023 dengan dibuka langsung oleh Bapak Sekretaris Daerah, Dewa Made Indra. Dalam sambutannya, Beliau menyampaikan rasa terima kasih untuk Yayasan BAWA dan Four Paws International atas dukungan terhadap Pemerintah Provinsi Bali dalam membangun sinergi yang baik dalam upaya pemberantasan rabies yang tetap memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan.
Pelaksanaan workshop ini dibagi menjadi 2 sesi, dimana dalam sesu pertama menggandeng narasumber dari Yayasan BAWA, Four Paws International, Kepala Satan Polisi among Praja Provinsi Bali serta Pakar Hukum Adat, Profesor DR. I Wayan Windia, SH., M.Si. Dalam sesi pertama, pemaparan difokuskan pada bagaimana implementasi “animal welfare” di Provinsi Bali, apa saja yang telah di lakukan oleh berbagai pihak terkait isu ini.
Selain itu, pemaparan terkait tantangan dalam penegakan peraturan daerah serta filosofi anjing dalam kehidupan masyarakat adat di Bali menjadi topik yang menarik dalam diskusi. Dalam sesi kedua, pemaparan mengenai strategi nasional dalam upaya penanggulangan rabies dan perdagangan daging anjing dipaparkan oleh drh. Hastho Yulianto, MM. yang sat ini menjabat sebagai Koordinator Kesejahteraan Hewan, Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Pembahasan mengenai eksistensi hukum positif nasional terkait isu peredaran daging anjing dan kekejaman terhadap hewan sendiri disampaikan oleh Ketua Pengurus Yayasan BAWA, DR. Simplexius Asa, SH., MH.
Pemaparan-pemaparan yang diberikan memberikan suplemen pengetahuan bagi seluruh apart Satan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kota Se-Bali, diharapkan dengan dilakukan workshop ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mempekuat aksi-aksi penegakan peraturan daerah dan sekaligus mampu menginisiasi bentuk-bentuk peraturan daerah yang relevan dan memiliki wawasan kesejahteraan hewan. Bentuk kolaborasi ini diharapkan mampu menjadi sinergi yang efektif, sehingga lembaga non-pemerintah seperti Yayasan BAWA sendiri dapat berkontribusi secara aktif dalam membantu membangun kapasitas aparatur secara berkesinambungan. Yayasan BAWA dan Four Paws International sendiri diharapkan dapat menyiapkan rekomendasi-rekomendasi terkait komponen kesejahteraan hewan yang dapat memperkuat substansi dari produk peraturan daerah yang berkaitan dengan permasalahan hewan.[*]