TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Kawasan sawah berundak atau terasering di Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, semakin mengukuhkan dirinya sebagai salah satu ikon Subak di Bali yang mendunia. Subak Jatiluwih, yang terletak di kaki Gunung Batukaru, tidak hanya menawarkan pemandangan indah dari hamparan sawah bertingkat yang hijau, tetapi juga pengalaman pariwisata budaya, alam, dan aktivitas yang memikat wisatawan.
Manajer Operasional Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih, I Ketut Purna, menjelaskan Sabtu (25/5) bahwa keunikan dan keindahan Subak Jatiluwih terletak pada sistem irigasi tradisionalnya yang dikenal sebagai subak. “Pemandangan sawah yang ditanami padi dengan sistem berundak serta lokasinya di kaki Gunung Batukaru menambah kesan asri kawasan ini,” ujar Ketut Purna.
Desa Jatiluwih menawarkan beragam aktivitas bagi wisatawan, seperti menikmati pemandangan sawah, bersepeda, trekking di sawah, glamping, dan mengunjungi perkebunan masyarakat setempat. Selain itu, pengunjung juga dapat merasakan suasana budaya lokal melalui berbagai kegiatan tradisional.
Dampak positif dari acara World Water Forum (WWF) Ke-10 yang diadakan di Bali juga dirasakan oleh DTW Jatiluwih. Ketut Purna menjelaskan bahwa kegiatan penyambutan yang melibatkan masyarakat lokal, termasuk pentas Tari Rejang Kesari dari warga Desa Jatiluwih, berhasil memukau para partisipan WWF. Setelah disambut dengan tarian tradisional, partisipan diajak berkeliling areal persawahan, sistem pengairan subak, hingga melihat tata cara menumbuk padi.
“Mereka tampak terpukau melihat pemandangan persawahan dan sistem subak yang ada di objek wisata Jatiluwih,” kata Ketut Purna. Beberapa partisipan bahkan berpendapat bahwa penyambutan dan wisata keliling Jatiluwih merupakan yang terbaik dibandingkan dengan destinasi wisata lainnya di Pulau Bali. “Saya bersyukur mereka berpendapat seperti itu dan saya merasa bangga,” tambahnya.
Data dari pengelola DTW Jatiluwih menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah kunjungan wisatawan selama perhelatan World Water Forum Ke-10. Sebelum acara tersebut, kunjungan wisatawan per hari mencapai 800 orang. Namun, selama forum berlangsung, jumlah kunjungan meningkat hingga 1.500 orang per hari, naik sebesar 50 persen.
“Dampak positif dari kunjungan delegasi World Water Forum ini adalah peningkatan kunjungan wisatawan ke DTW Jatiluwih,” imbuh Ketut Purna. Para delegasi yang datang tidak hanya untuk menikmati keindahan hamparan sawah, tetapi juga untuk mempelajari sistem pengairan subak dan seni budaya setempat.
Dengan keindahan alam dan kekayaan budaya yang ditawarkan, Subak Jatiluwih terus menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia, menjadikannya salah satu destinasi wisata unggulan di Bali.[eka]