BULELENG, MEDIAPELANGI.com – Gubernur Bali 2018-2023 Wayan Koster digendong dan diarak warga hindu dan muslim di Desa Sumberklampok Kecamatan Gerokgak Buleleng, Kamis 7 November 2024.
Apresiasi terhadap pemimpin visioner ini, dilakukan untuk mengenang perjuangannya menyelesaikan konflik agraria di Desa Sumberklampok. Konflik selama 60 tahun tuntas ditangan Koster.
Untuk itu, warga merasa utang budi dan akan membuktikan pada Pilkada Serentak Rabu 27 November 2024.
Warga Sumberklampok menargetkan Koster-Giri menang di daerahnya 90 persen. Bahkan warga melantantangkan suara bahwa Seng Koster Seng Coblos (Tak ada Koster Tak Coblos).
“Seng Koster Seng Coblos, wajib coblos Nomor 2,” teriak warga.
Sementara itu, warga lainnya bernama Made Adnyana menjelaskan bahwa hampir tiga ribuan kepala keluarga di desa ini tak akan melupakan jasa Gubernur Koster. Menurutnya, Koster yang memperjuangkan hak kepemilikan lahan pekarangan warga yang telah di nantikan puluhan tahun.
“Ada prasasti itu sebagai bukti perjuangan Wayan Koster untuk warga di sini. Bahkan warga ingin agar dibangun patung Koster di sini. Tapi beliau tidak kehendaki keinginan warga,” kata Made Adnyana asal Nusa Penida yang sudah tiga generasi demolisi di Desa Sumberklampok.
Tokoh masyarakat setempat Wayan Sawitrayasa mengatakan warga desa bahagia karena tepat hari ulang tahun desa (7 November 2024) dihadiri Gubernur Bali 2018-2023 Wayan Koster. Leluhur merestui kehadirannya, karena pada tahun 2021 kepemimpinannya berhasil menerbitkan sertifikat pekarangan dan pertanian milik warga.
“Ada prasasti sebagai bukti perjuangan Pak Koster. Kami bahagia, karena banyak kegiatan tapi beliau meluangkan waktu datang.
Kami berharap semua warga jaga tanah dan kelola dengan baik. Kami memberikan doa, berharap seluruh masyarakat pakai hak pilih dengan baik saat Pilkada,” katanya.
Ia juga mengaku warga sangat kangen dan rindu ingin bertatap muka di sini tapi beliau banyak kegiatan selama kampanye hingga pencoblosan nanti.
Sementara Wayan Koster menjelaskan sejak menjabat Gubernur Bali periode pertama dirinya telah mendengar konflik agraria desa ini. Ia terpanggil demi memperjuangkan warga setempat.
“Akhirnya terwujud dapat sertifikat hak milik sendiri. Tiang mendengar dulu berjuang mencari SHM sejak tahun 1960. Warga sudah tempati lahan sejak 1931, warga berjuang mencari sertifikat tak berhasil. Ternyata menunggu Koster jadi Gubernur baru berhasil,” jelasnya.
Menurut DPR RI tiga periode ini, dulu sempat dengar warga ingin dikasih 4 are saja.
Tiang pelajari data tanahnya dan diskusi denga badan aset , kepala BPN Bali bahkan sampai ke kementerian.
“Setelah koordinasi akhirnya ada jalan melepas lahan ini. Total luas 620 ha ,sebagian diberikan kepada rakyat menjadi milik sendiri dengan sertifikat.
Jujur waktu itu, komprominya Saat itu 60 persen untuk warga dan 40 persen untuk pemerintah. Setelah dihitung, tiang putuskan 75 persen untuk warga, 25 untuk Pemprov Bali,” jelas Koster.
Perjuangan Koster tak berhenti disini. Pria asal Sembiran ini kemudian membantu pengurusan sertifikat secara gratis.
“Tiang bantu urus sertifikat. Di proses cepat dan tanpa biaya dengan program prona.
Dapat tanah lagi,” katanya disambut teriakan bahagia warga.
Koster meminta warga agar mematuhi yang tertulis di sertifikat. Dalam sertifikat sudah dicantumkan tidak boleh dijual.
“Sudah janjian ya. Seng ada pabrik tanah. Tanah yang dimiliki sedikit jadi jangan dijual.
Dikontrak boleh. Supaya nanti diwariskan kepada generasi-generasi nak cucu kita,” jelasnya.
Ia mengatakan, masih banyak konflik agraria di desa lain di Bali yang telah diselesaikan pada periode pertama. Pada periode kedua akan selesai lagi yang lain.
Persembahyangan Hindu dan Muslim Satu Lokasi Wayan Koster takjub dengan kerukunan umat beragama di Sumberklampok. Karena ada tradisi doa bersama umat hindu dan muslim pada satu lokasi. Doa bersama ini dilakukan setiap tahun di Pura Perjuangan di Desa setempat.
Koster menyaksikan langsung ketika hadiri perayaan ulang tahun desa tersebut. Doa bersama Hindu dan muslim. Dua umat berada di sisi berbeda wantilan perjuangan.
Umat Hindu dipimpin pemangku dan muslim dipimpin ustaz. Doa dilakukan bersamaan.
“Tiang sangat terharu melihat guyubnya umat hindu dan muslim saat persembahyangan bersama. Yang hindu sembahyang dengan ajaran hindu dan yang muslim berdoa dengan ajaran mereka di satu lokasi, ” katanya.
Menurut dia, hal ini harus ditiru untuk toleransi demi menjaga nilai-nilai keagamaan spritual, dan alam Bali Sehingga makin maju ke depan.
“Menjaga persatuan dan kesatuan kita. Untuk menjaga Bali aman dan kondusif kedepan,” katanya. (*)