TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Festival Seni Budaya Ulun Danu Beratan ke-3 resmi dibuka pada Selasa (24/12) di The Blooms Garden, Kecamatan Baturiti, dengan pementasan Tari Kecak yang memukau para pengunjung.
Mengangkat kisah legenda Pura Ulun Danu Beratan, festival ini menjadi salah satu sorotan utama dalam melestarikan seni budaya lokal sekaligus mempromosikan tradisi Bali kepada wisatawan domestik dan mancanegara.
Tari Kecak yang dibawakan oleh puluhan penari ini menceritakan legenda tentang seorang rsi dan pengikutnya yang tiba di lembah subur. Mereka menetap untuk bercocok tanam hingga menghasilkan panen melimpah.
Namun, kesejahteraan itu memudar saat masyarakat lupa bersyukur kepada para dewa. Akibatnya, seorang petani yang menancapkan gelanggang bambu kuning ke tanah memicu banjir besar yang menenggelamkan lembah tersebut.
Sang rsi dan pengikutnya kemudian membangun sebuah pura di tengah danau yang terbentuk dari banjir, yang kini dikenal sebagai Pura Ulun Danu Beratan. Pura ini didedikasikan untuk Dewi Danu sebagai pengatur aliran air dan penjaga keseimbangan alam. Menariknya, bambu kuning yang menjadi penyebab banjir tumbuh menjadi rumpun bambu dan masih ada hingga sekarang.
Dengan harmoni suara “cak-cak-cak” yang menggema, pertunjukan Kecak menghadirkan nuansa magis yang memikat penonton. Generasi muda Bali yang terlibat dalam pementasan menunjukkan semangat pelestarian tradisi budaya.
“Melalui pertunjukan ini, kami ingin menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, serta selalu bersyukur atas karunia Tuhan,” ujar I Made Sukarata, Humas DTW Ulun Danu Beratan.
Selain pertunjukan Kecak, parade budaya juga digelar di dua lokasi, yakni Ulun Danu Beratan dan The Blooms Garden. Pertunjukan di dua tempat ini dilakukan secara bergantian untuk menghadirkan festival terbaik bagi para pengunjung.
Parade budaya bertajuk Culture of Ulun Danu Beratan berlangsung selama dua minggu, mulai 24 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025. Festival ini dirancang untuk memanfaatkan momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) guna meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah.
Festival ini tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga menjadi media edukasi sejarah dan budaya lokal. Pengunjung juga disuguhkan pameran produk lokal, kuliner khas Bali, dan ritual keagamaan yang memperkaya pengalaman budaya.
“Kami berharap momen Nataru ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah,” tambah Sukarata.
Dengan penyelenggaraan yang apik, Festival Seni Budaya Ulun Danu Beratan ke-3 berhasil menunjukkan bahwa seni tradisional Bali tetap relevan dan mampu menarik perhatian dunia.[ka]