Miris! Siswa di Tabanan Masih Ada yang Belum Bisa Membaca

Rapat Kerja Pansus I DPRD Tabanan bersama eksekutif, termasuk Sekda, Asisten II, dan perangkat daerah yang membahas Rancangan Awal RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Tabanan Tahun 2025–2029 pada Rabu (14/5).

TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Dunia pendidikan di Kabupaten Tabanan kembali menjadi sorotan. Ketua DPRD Tabanan, I Nyoman Arnawa, mengungkapkan bahwa berdasarkan pantauannya di lapangan, masih ditemukan siswa yang belum cakap membaca, bahkan hingga jenjang SMA.

Hal itu diungkapkannya dalam rapat kerja bersama eksekutif yang digelar di Kantor DPRD Tabanan, Rabu (14/5). Dalam pernyataannya, Arnawa menyebutkan temuan langsungnya di SD Negeri 3 Mangesta, di mana dua siswa masih belum lancar membaca. Yang mengejutkan, salah satu di antaranya sudah menamatkan pendidikan SMA.

“Ini saya temukan langsung di lapangan. Salah satu siswa sudah lulus SMA, tapi saat saya bertanya, ternyata belum bisa membaca dengan baik,” tegasnya.

Menurut Arnawa, kondisi ini menjadi sinyal serius tentang lemahnya kualitas pendidikan dasar di Tabanan. Ia pun meminta Dinas Pendidikan segera melakukan evaluasi menyeluruh.

“Siswa yang belum cakap membaca hingga lulus SD itu masalah besar.Ini mencakup kualitas guru dan sistem pembelajaran,” ujarnya. Ia juga berpikir apakah metode mengajar guru yang kurang maksimal juga menjadi penyebab utama.

Menyanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, I Gusti Putu Ngurah Darma Utama, membenarkan bahwa masih ada siswa yang belum cakap membaca. Berdasarkan data yang dihimpun, tercatat 23 siswa tingkat SMP di Tabanan masuk dalam kategori belum lancar membaca.

Darma Utama menjelaskan, persoalan ini dipengaruhi berbagai faktor, termasuk keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mengikuti sekolah reguler melalui program inklusi. Selain itu, kebijakan yang melarang pengenalan baca-tulis-hitung (calistung) di jenjang taman kanak-kanak juga berkontribusi.

“Calistung baru diajarkan saat mereka masuk SD. Jadi wajar kalau sebagian masih belum lancar membaca di SMP, apalagi jika ditambah dengan faktor ekonomi keluarga,” jelasnya.

Tiga dari 23 siswa tersebut diketahui berasal dari keluarga tidak mampu. Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Pendidikan telah membentuk Unit Layanan Disabilitas dan tim penguatan literasi serta numerasi di tingkat sekolah dan kabupaten.

“Tim ini bertugas mendampingi siswa yang belum cakap membaca, menangani kekerasan terhadap anak, dan membantu siswa yang mengalami keterlambatan belajar,” tutupnya.[ka]

 

Berita Terkait
error: Konten ini terlindungi.