Jembrana,mediapelangi.com-Tradisi mekepung lampit balap kerbau dilahan persawahan yang berlumur diadakan didesa Kalikah Jembrana,Minggu(27/11)
Puluhan pasang kerbauberkumpul di areal persawahan di Desa setempat. Kerbau-kerbau ini diikat dengan alat bajak sawah tradisional Bali yang kerap disebut lampit.
Kerbau-kerbau ini datang bukan untuk membajak sawah,melainkan untuk mengikuti lomba balap kerbau di areal sawah berair dan berlumpur atau disebut juga mekepung lampit.
Mekepung lampit yang diadakan sebelum masa tanam padi ini mampu menyedot warga dan wisatawan termasuk photographer untuk menyaksikan tradisi unik dari Kabupaten paling barat pulau Bali ini.
Dalam mekepung lampit tidak hanya mengandalkan kecepatan lari kerbau saat menarik lampit/tapi juga mampu berlari lurus dari garis start hingga finish.
Selama dua kali perlombaan mekepung lampit diadakan Pemerintah Kabupaten Jembrana permasalahan karena sirkuit selalu menjadi kendala karena hingga kini belu ada sirkuit mekepung lampit permanen.
Menurut salah seorang joki makepung lampit Ketut Yasa,mengatakan, dalam tradisi ini adanya perbedaaan makepung lampit dengan makepung yang biasa,mekepung lampit ditengah air,lampit dan kerbau harus lurus karena itu yang di nilai oleh juri,”katanya.
Terkait usulan sirkuit permanen mekepung lampit,Bupati Jembrana I Putu Artha yang hadir saat acara mekepung lampit di Desa Kaliakah,mengaku akan mempertimbangkannya,dan mempasilitasi sesuai dengan permintaan dan masukan dari sekaa makepung untuk kedepanya,”ungkapnya.
Tidak ada yang tahu kapan pastinya tradisi mekepung lampit ini pertama kali dilombakan.hanya saja tradisi ini muncul dari kegiatan para petani di Jembrana saat membajak sawah dengan lampit.Lantaran sukacita membajak sawah,ahirnya muncul ide untuk melombakannya hingga sekarang.Even tahunan ini memperebutkan piala dan uang tunai jutaan rupiah yang disediakan Pemerintah Kabupaten Jembrana.AK-MP-eka bun.