Tabanan (Mediapelangi.com)- Semakin banyaknya kalangan usia produktif yang terserang Stroke menggugah terbentuknya sebuah wadah bersama dalam upaya mewadahi komunikasi antar Insan Penderita Stroke (IPS) guna peningkatan kesadaran publik untuk mengurangi resiko terserang stroke serta bagaimana cara mendukung mereka berjuang melawan stroke adalah gagasan besar yang diusung oleh Yayasan Ammarannee. Demikian disampaikan oleh Ketua Yayasan Ammarranne I Nyoman Budiarta, SE,. MM saat membuka acara dialog pada peringatan Hari Stroke Sedunia sekaligus soft oppening Yayasan Ammarranne Minggu (29/10/2017) bertempat di Warung SC Jl. Rajawali Tabanan.
Yayasan Ammarannee (Ammarannee Foundation) resmi berdiri pada tanggal 25 September 2017 lalu, dibentuk sebagai wadah sekaligus menjembatani komunikasi antar pendamping, keluarga dan insan penderita stroke serta menjalankan sejumlah program pendampingan dimulai dari wilayah Kab. Tabanan. “Nama “Ammarannee” diambil dari bahasa Tibet yang berati semoga sehat dan panjang umur, imbuh Budiarta.
Turut hadir pada acara peringatan kali ini Pendiri Yayasan Ammaranne Ibu Ni Luh Nyoman Titiek Yeniati dan Kadek Janawati serta para keluarga, pendamping, para medis dan puluhan insan penderita stroke yang berada di wilayah Kota Tabanan dan sekitarnya.
Peringatan Hari Stroke Sedunia oleh Yayasan Ammaranne mengambil tema “Life After Stroke” diisi beberapa agenda seperti dialog, simulasi fisiotrafi dan shareing pengalaman.
Saat acara dialog, Pendiri Yayasan Ammarannee Ni Luh Nyoman Titiek Yeniati yang saat ini juga seorang menderita stroke memaparkan, bahwa saat ini ada ratusan warga Tabanan yang menderita stroke, dan mereka banyak masih usia produktif antara umur 17 tahun hingga 60 tahun. Melalui Yayasan Ammaranne kami ingin berbagi dan turut melaksanakan program kemanusiaan bersama Insan Penyandang Stroke khususnya yang tinggal di Kabupaten Tabanan. “Kita akan sembuh oleh kita sendiri, kita harus tetap semangat dan mandiri, kita masih punya masa depan,” ujarTitiek
Lebih jauh Titiek juga berharap kedepan bisa menjalankan program therafies secara gratis untuk para insan sesama penderita stroke karena banyak penderita stroke dan keluarganya sudah tidak memiliki uang yang cukup, disamping biaya pengobatan yang mahal si penderita pun sudah tidak memiliki pekerjaan lagi, imbuhnya.
Sementara Kadek Janawati mengatakan, semenjak dirinya stroke sekitar lima tahun lalu mengaku tidak saja kehilangan pekerjaan, tetapi juga “kehilangan” teman-teman dekatnya. Banyak penderita stroke saat ini merasa sendirian sehingga dibutuhkan suatu wadah untuk saling berbagi dan berkegiatan antar Insan Penderita Stroke, penderita stroke kondisinya sangat beragam dan merek butuh perhatian dari orang-orang sekitarnya, terang Janawati sambil terbata-bata mengenang masa lalu ketika masih bisa bekerja mencari nafkah untuk keluarga.
Setelah acara dialog dilanjutkan dengan simulasi penyembuhan fisiotrapi yang dipandu oleh relawan Ibu Ambra salah seorang pertugas dari Klinik Sada Jiwa yang beralamat di Desa Sembung Mengwi Badung. “Kita bisa melakukan latihan sederhana di rumah untuk melatih syaraf dan otot, misalnya dengan tongkat, kursi dan gerakan lainnya, ucap Ambar saat memperagakan sejumlah gerakan untuk penyembuhan penderita stroke.
Terakhir acara ditutup dengan penyerahan bingkisan menyambut Hari Raya Galungan berupa sembako kepada keluarga/penderita stroke sebagai bentuk tali kasih dan persaudaraan (*/mp).