TABANAN (Mediapelangi.com)-Pekembangan media sosial yang demikian dahsyat dikhawatirkan makin menggerus budaya lokal dan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda. Pasalnya konten dan informasi yang tersebar di media sosial tak selalu bersifat positif bagi generasi muda.
Untuk melakukan pecegahan, pihak Menkominfo dan BP3TI bersama Komisi I DPR RI menggelar berbagai upaya sosialialisi menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa termasuk daerah Bali. Salah satunya melalui dialog publik bertajuk “Pemuda Peduli Bangsa” yang digelar pada Sabtu (25/11) di BITDEC, Pantai Nyanyi, Kabupaten Tabanan, dengan menghadirkan anggota Komisi I DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra dan Direktur Pengelolaan Media Publik Menkominfo RI Sunaryo.
Menurut Direktur Pengelolaan Media Publik Menkominfo RI Sunaryo, perkembangan media sosial sudah tidak bisa dibendung lagi. Namun dampak negatifnya bisa dikontrol dan dikendalikan. Caranya dengan bermedia sosial bijak.
“Kami melaksanakan program leterasi bijak bermedia sosial dengan menggandeng sejumlah komunitas, mulai dari pelajar, netizen juga jurnalis. Sebentar lagi kami bersama PWI Pusat juga menggelar acara serupa di Malang,” sebutnya.
Pihaknya mengajak semua pihak tak hanya kalangan pelajar untuk bermedia sosial secara bijak. Dikatannya jangan lagi antar anak bangsa saling menghujat dan menyebar kebencian. Justru mestinya saling berangkulan demi menjaga keutuhan bangsa.
“Budaya orang Indonesia itu dikenal sebagai bangsa yang ramah, suka bergotong royong, saling menghargai serta mengutamkan rasa persudaraanya. Saling hujat di ruang publik dalam budaya kita dianggap tidak sopan juga tahu etika. Itu bukan budaya orang Indonesia,” ungkapnya.
Maka itu sekali lagi ia mengajak semua pihak khususnya para pelajar agar tidak ikut menyebarkan konten kebencian serta beretika dalam bermedia sosial.
“Kita adalah bangsa beradab dan mempunyai budaya adiluhung. Meski zaman berubah tapi jati diri sebagai bangsa berbudaya luhur jangan sampai hilang,” tegasnya.
Sementara anggota Komisi I DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra mengatakan bahwa kegiatan ini bagian dari upaya pemerintah mengedukasi para generasi muda khususnya para pelajar agar bijak bermedia sosial.
“Jangan sampai karena tidak tahu terus ikut menyebarkan konten negatif, mereka terjerat UU ITE. Maka perlu sosialisai seperti sekarang ini,” katanya.
Selanjutnya ia menyontohkan kasus tersebarnya video joget berbusana Bali yang berbau porno karena diviralkan lewat media sosial.
“Joget porno itu bukan budaya adiluhung Bali. Tapi kesannya jadi seperti seni budaya asli Bali. Padahal tidak. Sekarang sudah masuk ranah hukum. Jadi hentikan menyebarkannya lagi, sebab banyak remaja juga aktif di media sosial. Semoga mereka tidak terpengaruh,” ungkapnya.
Dalam kegiatan yang berlangsung meriah itu, juga menghadirkan narasumber lain, diantaranya mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali Made Nurbawa dan dosen FISIP Universitas Warmadewa Dr. Drs. Nyoman Wiratmaja, MSi. Sedangkan ratusan peserta yang hadir berasal dari pelajar tingkat SMU dan mahasiwa se-Tabanan. (*/mp).