
Tabanan, mediapelangi.com—Di Bali kegiatan Pasraman sebagai ajang pendidikan dan pelatihan bagi warga adat, kerap dilakukan di masing-masing desa adat/pakraman.
Seperti dilakukan oleh Pemerintah Desa Geluntung, Kec. Marga, Kab. Tabanan, Bali bertempat di Balai Banjar Geluntung Kaja dilaksanakan dua jenis pasraman yaitu pasraman Upakara-Yadnya untuk Srati Banten dan pasraman Kepemangkuan yang pembukaannya dilakukan bersamaan pada Senin, (11/12/2017.
Pasraman Upakara-Yadnya diikuti oleh belasan Srati Banten se- Desa Geluntung dan untuk pasraman Kepemangkuan diikuti oleh sekitar 60 Pemangku yang tergabung dalam Paiketan Pemangku Windu Mertha yang anggotanya berasal dari beberapa Desa yang ada di wilayah Kecamatan Marga Tabanan.
Turut hadir dalam acara pembukaan perwakilan Camat Marga, Ketua MADP Kec. Marga IB. Anom, Ketua PKK Desa Geluntung Ni Putu Yuni Widyadnyani, Perbekel I Putu Ginarsa Wiranjaya, Bendesa Adat Desa Geluntung I Gede Made Sila serta Babinsa dan perwakilan Koramil Kec. Marga.
Saat ditemui di lokasi paasraman Perbekel Desa Geluntung I Putu Ginarsa Wiranjaya mengatakan pelaksanaan pasraman di Desa Geluntung sudah rutin dilakukan. Sebelumnya sudah pernah dilakukan pasraman untuk kalangan anak-anak dan remaja (STT) se Desa Geluntung. Tahun ini kembali dilaksanakan dua kali Pasraman yaitu Pasraman Upakara-Yadnya yang diikuti oleh ibu-ibu Srati Banten dan Pasraman Kepemangkuan yang diikuti oleh para Pemangku Kayangan Desa. Untuk Pasraman Upakara-Yadnya sumber dananya berasal dari dana desa sedangkan Pasraman Kepemangkuan dananya berasal dari dana BKK Provinsi Bali. Tujuan Pasraman adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam hal Adat dan Agama, Pasaraman Srati Banten dilaksanakan selama 2 hari, sedangkan pasaraman Kepemangkuan dilaksanakan selama 3 hari, terangnya.
Sementara Bendesa Adat Geluntung Made Sila mengatakan, walau selama ini aktivitas adat dan agama sudah berjalan secara turun temurun berdasarkan dresta dan desa mawacara, namun dalam hal pendalamam Tattwa/Filosofi serta implementasinya dalam kehidupan masyarakat adat perlu terus dipupuk dan ditingkatkan khususnya bagi kalangan Srati dan Pemangku sehingga kehidupan adat dan Agama Hindu di desa kami tetap berjalan harmonis, ujarnya.
“Pasraman juga kami dilakukan melibatkan anak-anak dan remaja, agar terus terjadi regenerasi,”tandasnya.
Hadir sebagai pemateri/instruktur Ida Pedanda Gede Putra Kekeran Pemamron, Ida Pedanda Istri beserta Tim dari Geriya Menara Selat Sangeh, Badung.
Untuk materi Upakara-Yadnya dan Kepemangkuan, materi yang digunakan sebagai rujukan yaitu buku kumpulan Tetandingan Upakara Yadnya yang disusun oleh Yayasan Darma Acarya karangan I.B Putu Sudarsana, MBA, MM.
Dalam sesi pembahasan materi, Ida Pedanda Gede Putra Kekeran Pemamron banyak menjelaskan dan menekankan tentang makna, jenis, tata cara, etika dan susila tentang tatanan bebantenan dan prosesi upacara-yadnya. “Pelaksanaan Upacara-Yadnya tidak lepas dari Tattwa (Pengetahuan suci) yang terkandung dalam struktur dan bahan banten, serta “Rta” seperti waktu (dauh/kala) dan pedewasaan. Kala itu energy,”jelas Ida Pedanda.
Pada kesempatan ini, Ketua PKK Desa Geluntung Ni Putu Yuni Widyadnyani mengatakan kepada awak media ini, kegiatan Pasraman bertujuan untuk meningkatkan sradha–bakti dalam kehidupan adat, budaya dan agama. Dalam hal pelaksanaan upacara-yadnnya di Pakraman tidak bisa lepas dari peran ibu-ibu PKK, pasraman akan kami lakukan rutin, jelasnya.
“Pasraman Srati dan Kepemangkuan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adat dan agama. Tahun 2017 ini baru pertama kali kami lakukan di Desa Geluntung,”pungkasnya (*/mp).