TABANAN,MEDIAPELANGI.com—Stroke kini menyerang berbagai kalangan, parahnya lagi yang terserang adalah mereka yang masih tergolong usia produktif usia antara 40-50 orang. Di Bali, stroke pun ibarat fenomena gunung es sehingga pencegahan dan penanganannya perlu terus disosialisasikan.
Guna mengajak masyarakat agar lebih peduli dan waspada terhadap stroke dengan perilaku hidup sehat serta mengenali gejalanya, Yayasan Ammarannee sebuah lembaga sosial yang bergerak dibidang pendampingan Insan Penyandang Stroke (IPS) di Tabanan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengambil tema “Pengenalan dan Simulasi Fisioterapi untuk Pencegahan dan Meringankan Insan Penyandang Stroke”.
FGD dilaksanakan di salah satu rumah makan di bilangan Jalan Rajawali, Desa Dauh Peken Tabanan, diikuti 30 orang peserta dari unsur Perguruan Tinggi, Akademisi, Dokter, Insan Penyandang Stroke, Mahasiswa dan Relawan dan berlangsung pagi hingga siang, Sabtu (27/1/2018).
Pada kesempatan ini pihak Yayasan Ammarannee juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) dengan Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains dan Teknologi Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali, tentang penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan pengabdian masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi guna menyukseskan program nasional bidang kesehatan.
Ketua Yayasan Ammarannee I Nyoman Budiarta mengatakan tujuan dilaksanakannya FGD adalah untuk mengkonsolidasikan semua sumber daya dalam pencegahan dan meringankan beban insan penyandang stroke, serta menggali dan merumuskan berbagai masukan dari para pendamping dan insan penyandang stroke guna memudahkan dalam memberi dukungan serta penyusunan program. Disamping itu melalui FGD diharapkan muncul berbagai masukan dari peserta yang nantinya dapat disampaikan kepada pihak-pihak terkait. Yayasan Ammarannee baru berdiri sekitar 4 bulan lalu yang kini fokus mendampingi insan penyandang stroke usia produktif, terangnya.
Sementara Ketua Program Studi Fisioterapi Undhira Bali A. Triwahyudi, M.Erg menyambut baik berdirinya Yayasan Ammarannee yang bergerak di bidang pendampingan insan penyandang stroke. Saya yakin nanti banyak orang yang tergerak untuk ikut memberi dukungan. Banyak menyandang stroke bisa pulih karena memiliki semangat, nanti lembaga seperti ini (Ammarannee-Red) akan sangat diperlukan orang, jelasnya.
“Kami bersyukur bisa kerjasama, nanti pasti ada kepentingan timbal balik terkait dunia pendidikan dan pengembangan program. Nanti mahasiswa perlu mengabdikan ilmunya, bisa juga untuk penelitian. Di Indonesia program Sarjana (S1) fisioterapi ada di 7 universitas dan 3 universitas ada di Bali, pekerjaan fisioterapi itu luas sekali. Visi fisioterapi nasional itu adalah mengembalikan gerak dan fungsi gerak tubuh,”pungkas Triwahyudi.
Masukan berikutnya datang dari Dr. Gipsy Ayu S.Ked mewakili jaringan komunitas peduli “The Bridge”. Dokter Gipsy menyampaikan ketertarikannya untuk bersama-sama membuat sesuatu yang lebih baik bagi insan penyandang stroke. Menurutnya stroke semakin banyak terjadi dikalangan masyarakat. Di Bali stroke seperti fenomena gunung es, banyak penyandang stroke setelah pulang dari rumah sakit rehabilitasi lanjutannya sangat kurang. Selama tiga tahun sebagai relawan penyandang stroke, kami menemukan cukup banyak kendala, saat kami bersama pasien penyandang stroke, kami sering tidak sedang bersama ahli fisioterapi, jadi kami sangat mengapresiasi dan mendukung apabila Yayasan Ammarannee menggandeng Undhira Bali untuk memperoleh dukungan SDM dibidang fisioterapi, terangnya.
“Hal-hal seperti inilah yang dibutuhkan di Indonesia, karena apabila kami punya keinginan tetapi tidak ada kontribusi, maka sama saja kami tidak akan pernah menangani masalah dari akarnya. Pasien akan tergeletak begitu saja di rumah dan tidak ada yang peduli,”tandas Dokter Gipsy.
Setelah mendengar masukan dari peserta acara juga diselingi pemaparan materi fisioterapi bagi penyandang stroke dibawakan oleh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains dan Teknologi Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali Bapak Ir. I Gede Arya Sena, M. Kes. Ia mengatakan, stroke tidak bisa di duga, tetapi prilaku seseorang bisa kita tebak. Penyebab sakit itu salah satunya adalah karena faktor gizi, terangnya.
Pada kesempatan ini Arya Sena banyak menjelaskan ilmu fisioterapi dalam berbagai metode atau gerakan seperti tertawa, berhitung, bernyanyi, berjalan, tidur, duduk, berdiri dan sebagainya. Dibantu oleh relawan sejumlah peserta penyandang stroke langsung diajak mempraktekan sejumlah gerakan fisioterapis agar bisa dipraktekan di rumah.
Diujung acara FGD Ketua Yayasan Ammarannee Nyoman Budiarta menyimpulkan, pentingnya dukungan berbagai pihak untuk membantu insan penyandang stroke. Harapan kami kedepan di Tabanan ada pusat informasi dan rehabilitasi penyandang stroke untuk mencegah dan meringankan beban insan penyandang stroke, tandasnya.
Sekitar pukul 12.30 Wita acara FGD ditutup dengan penyerahan bingkisan sembako kepada peserta insan penyandang stroke dukungan Yayasan Ekalawya binaan Ibu Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sebagai ungkapan tali kasih (*/kr).