DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – TP PKK Provinsi Bali yang diketuai Ny. Putri Suastini Koster menaruh perhatian terhadap kesehatan mental masyarakat.
Hal ini sejalan dengan misi yang ditetapkan pada Rakernas ke-9 TP PKK yaitu bersinergi dengan pemerintah dan didukung partisipasi aktif masyarakat mewujudkan keluarga yang sehat, cerdas dan berdaya menuju Indonesia maju tahun 2024.
Untuk memastikan tercapainya misi ini, TP PKK Provinsi Bali mengefektifkan pemberian edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya upaya menjaga kesehatan mental.
Menggunakan radio sebagai media sosialisasi, Ny. Putri Koster menggandeng dua pakar kesehatan jiwa yaitu Prof.Dr.dr. Luh Ketut Suryani, SpKj dan Dr.dr.Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKj. Ketiganya hadir menjadi narasumber pada Dialog Lintas Denpasar Siang RRI Denpasar dengan tema ‘Gangguan Mental, Gejala, Penyebab dan Mengobati’, Senin (07/3/2022).
Disiarkan secara live dari Studio Ramayana RRI Denpasar, Ny. Putri Koster mengawali paparannya dengan penekanan pentingnya perhatian pada kesehatan mental. Disebutkan olehnya, yang mesti mendapat perhatian tidak hanya kesehatan fisik, tapi juga terpeliharanya kesehatan mental.
Di tengah situasi kehidupan pragmatis yang dihadapi, sebagian besar masyarakat menurutnya rentan menghadapi stres dan jika tidak diatasi sejak dini, bisa menimbulkan gangguan kejiwaan yang lebih serius.
“Indikator sehat itu bukan hanya fisik, tapi jiwa psikis. Ingat istilah bangunlah jiwanya bangunlah raganya, mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,” ucapnya. Jika salah satunya mengalami gangguan, maka seseorang tidak bisa disebut sehat. Bahkan seringkali tanpa disadari, kesehatan mental yang terganggu lambat laun bisa berimbas pada kesehatan fisik.
Mengingat pentingnya upaya menjaga kesehatan mental, TP PKK Provinsi Bali memandang perlu untuk memberikan edukasi dan pencerahan kepada masyarakat dengan menggandeng profesional yang berkompeten di bidangnya.
Ia berharap, melalui paparan yang diberikan para ahli, masyarakat mengetahui gejala ringan, sedang hingga berat pada gangguan jiwa. Dengan demikian, masyarakat bisa mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih parah.
Lebih dari itu, melalui kegiatan ini masyarakat juga diharapkan mendapat pemahaman mengenai langkah yang harus mereka tempuh serta ke mana harus berkonsultasi ketika merasakan gejala gangguan mental. Lebih dari itu, melalui kegiatan edukasi dan sosialisasi, pihaknya juga ingin mengikis stigma negatif terhadap orang dengan gangguan kejiwaan.
“Yang terjadi di masyarakat, ketika mereka konsul ke psikiater, yang lain mulai bertanya-tanya sehingga timbul rasa malu. Karena rasa malu, konsul ke ahli jiwa menjadi hal yang tabu,” cetusnya.
Ia ingin, edukasi dan pencerahan yang diberikan para ahli dapat membuka ruang tabu sehingga gangguan kejiwaan bisa terdeteksi sedini mungkin dan tidak sampai akut.
Psikiater Fakultas Kedokteran Unud Dr.dr.Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKj yang diundang dalam acara dialog menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas inisiatif TP PKK Provinsi Bali memberi edukasi tentang kesehatan mental kepada masyarakat. “Saya yakin ini sangat efektif karena TP PKK merupakan organisasi yang jaringannya ada hingga ke tingkat banjar, bahkan keluarga,” sebutnya.
Bicara soal gangguan jiwa, Jaya Lesmana menyampaikan bahwa selama ini ada kecenderungan pengabaian terhadap gejala gangguan jiwa yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini disebabkan oleh stigma mainstream yang diberikan seperti sebutan ‘buduh’ (gila,red).
Stigma itu kemudian berkembang menjadi tekanan bagi penderita sehingga gangguan kejiwaan menjadi kronis. Yang lebih memprihatinkan lagi, masyarakat sekitar pun enggan memberikan informasi terkait keberadaan orang dengan gangguan jiwa yang ada di sekitar mereka. Ia berpendapat, situasi ini disebabkan masih minimnya edukasi.
Terkait dengan gejala gangguan jiwa, ia menyebut ganguan pola tidur bisa menjadi salah satu indikator. “Kalau ada yang tiba-tiba sulit tidur atau kualitas tidurnya terganggu, ini harus mulai waspada. Jangan dibiarkan berlarut-larut, harus segera berkonsultasi pada ahlinya,” sarannya.
Dengan menyadari sedini mungkin perubahan yang terjadi, maka gangguan jiwa yang lebih kronis akan bisa dicegah. “Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. LK Suryani memberi penekanan pada proses mulai terbentuknya janin, masa kehamilan hingga pendidikan pada anak, sangat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Ia menegaskan, gangguan jiwa tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan, namun bagaimana seorang anak itu mendapat sentuhan kasih sayang sejak dalam kandungan hingga terlahir ke dunia.[*]