TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya senantiasa berada di tengah-tengah masyarakat, dalam mendukung beragam kegiatan pembangunan baik yang bersifat sekala maupun niskala.
Seperti yang dilaksankan pada Minggu (16/4), Sanjaya kembali menghadiri dan menyaksi uleman Pitra Yadnya, Atma Wedana lan Metatah yang bertema “Ngaben dan Metatah Bersama Ke-2” dan berlangsung di Banjar Bongan, Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.
Bupati Sanjaya yang didampingi anggota DPRD, Asisten I, para Kepala OPD di lingkungan Pemkab Tabanan dan Kepala Bagian di lingkungan Setda, Camat Selemadeg Timur, Perbekel Tegalmengkeb dan Tokoh Masyarakat, kehadiran Bupati Sanjaya pagi itu disambut dengan hangat oleh krama setempat. Puncak ngaben dilangsungkan pada Senin (17/4) ini, dipuput oleh Ida Rsi Saking Griya Tegalmengkeb.
Ngaben bagi 49 sawa dengan 1 tambahan sawa tanpa identitas yang akan diaben, dengan 38 peserta ngelangkir dan ngelungah dan tercatat sebanyak 15 peserta metatah di desa Tegalmengkeb.
Dengan sumber dana yang dihibahkan dari Pemkab Tabanan dan dana punia suka rela. Fokus kegiatan pada hari ini, yakni ngulapin dan ngeringkes. Upacara Ngaben dan Metatah Bersama di desa Tegalmengkeb ini merupakan agenda rutin yang dilakukan setiap 5 tahun sekali, dan kali ini berlangsung di periode yang ke dua.
Bupati Tabanan, dalam hal ini memberikan apresiasi dan penghargaan setingginya, kepada Desa Tegalmengkeb yang telah mampu membuat upacara Panca Yadnya, khususnya Pitra lan Manusa Yadnya, atiwa-tiwa pengabenan bersama dan metatah yang dilakukan dengan swadaya gotong-royong, dengan biaya yang minim dan terjangkau oleh masyarakat.
“Saya apresiasi sekali kepada Perbekel, telah mampu melaksanakan kegiatan. Bagi saya di Pemerintah Kabupaten Tabanan, tinggal dinas kita nanti bagaimana mengatur posisi penganggaran ini sehingga tidak ada masalah di kemudian hari. Baik desa adat maupun desa dinas sama saja, artinya di sini pak Perbekel tidak mengambil pekerjaan milik desa adat, tapi gotong-royong bersama, jangkep pisan,” ujar Sanjaya.
Bupati Sanjaya dengan mengedepankan program ngaben bersama yang difokuskan untuk meringankan beban masyarakat dan berlandaskan atas sebuah kebutuhan. “inisiatif ini dilaksanakan oleh Kepala Desa untuk membangun koordinasi dan komunikasi yang baik dengan pemerintah dan difasilitasi oleh wakil rakyat juga tokoh-tokoh kita. “Sehingga ketika ada sebuah kebutuhan di masyarakat Desa Tegalmengkeb tentang yadnya, amanah ini bisa dilangsungkan, tentunya saling berkoordinasi dan kontribusi dalam menyukseskan visi misi Kabupaten Tabanan dalam membangun sebuah keseimbangan baik krama, alam lingkungan dan budaya secara sekala dan niskala,” paparnya.
Bagi Sanjaya, Pemkab Tabanan selalu mendukung program-program apapun, asalkan memberikan dampak positif terhadap masyarakat khususnya meringankan beban masyarakat. Kuncinya adalah gotong royong. Pemerintah Desa, Adat, Dinas dan tokoh-tokoh ikut berkontribusi sehingga meringankan beban, itu bagian daripada sebuah konsep.
“Apalagi tadi disampaikan bahwa ngaben ini bukan saja hanya dari pesemetonan Tegalmengkeb, tapi juga membersihkan alam lingkungannya, membersihkan juga manusianya, kramanya, itu namanya jana kerthi. Bahkan alamnya, termasuk ada krama di Megati yang meninggal tanpa identitas dan saat ini juga dibersihkan, ikut pengabenan di sini. Ini hal yang sangat luar biasa, pemerintah patut berterima kasih atas kegiatan ini.” Tandas Sanjaya.
Pihaknya sekaligus berharap agar seluruh Desa Adat dan Desa Dinas di Tabanan nantinya bisa melakukan kegiatan yang serupa.
Sementara itu Perbekel Desa Tegalmengkeb, Dewa Made Widarma mengatakan, tujuan dari pelaksanaan Karya ini adalah untuk membantu warga dan meringankan beban warga. “Sehingga pemerintah desa dan kabupaten ikut turun tangan terkait pelaksanaan ngaben ini, biaya yang semestinya digunakan untuk ngaben, bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikan anak-anak sampai sarjana. Atau ada juga yang bisa digunakan untuk usaha dagang dan kebutuhan lainnya” pungkasnya.
Sasaran karya ngaben ini yang pertama ialah masyarakat yang meninggal secara wajar dan yang meninggal secara tidak wajar, seperti waktu G30S PKI dan terhadap jenazah tanpa identitas yang dibuang di desa Megati, akan diaben dan dibersihkan bersama. [***]